Makassar (ANTARA) - Wakil Wali Kota Makassar Fatmawati Rusdi Masse berjanji memperjuangkan nasib kaum perempuan melalui kesetaraan gender sebab kesetaraan bukan lagi sekedar wacana tapi harus diimplementasikan.

"Tema Hari Perempuan Internasional tahun ini adalah 'choose to challenge'. Momentum ini harus kita jadikan komitmen bersama. Harus berani menantang, menyerukan tentang bias dan ketidaksetaraan gender, serta membentuk dunia yang inklusif, " papar Fatma pada peringatan Hari Perempuan Internasional 8 Maret di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin.

Bersama Wali Kota Makassar Moh Ramdhan, Pomanto, Fatmawati berkomitmen memperjuangkan kesetaraan gender di Kota Makassar, sebab harus ada pejuang-pejuang dari kalangan perempuan untuk mewujudkan itu, bukan sekedar wacana tapi harus dijalankan.

Perempuan pertama yang menjadi Wakil Wali Kota di Makassar ini menambahkan, dirinya tidak mau hanya memberi pernyataan, tapi memperjuangkan nasib para perempuan. Sebab, tema yang diusung di hari perempuan international sejalan dengan visi-misi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Moh Ramdhan Pomanto-Fatmawati Rusdi Masse.

"Ini sejalan dengan misi ketiga Danny-Fatma yaitu restorasi ruang kota yang insklusif menuju kota nyaman kelas dunia yang 'sombere' dan 'smart city' untuk semua. Kota yang dapat dihuni secara nyaman oleh semua orang tanpa adanya diskriminasi gender, usia dan golongan, " ucap mantan anggota DPR RI itu.

Ia juga menyampaikan selamat Hari Perempuan International serta menaruh harapan besar kiranya semua elemen perempuan di Kota Makassar bisa berkonstribusi dan mengawal program pemerintah kota setempat.

"Saya mengajak kita semua untuk bersama memajukan Makassar. Terutama di awal kepemimpinan kami, ikut membantu dan terlibat langsung di program Makassar Recover yang sudah diluncurkan," harap dia.

Di awal masa kepemimpinan Danny-Fatma di Makassar, hal yang menjadi fokus utama yakni memaksimalkan program Makassar Recover, bertujuan mempercepat pemulihan Makassar serta melindungi warga di tengah pandemi COVID-19.

Data yang dikutip dari laman Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar melalui lbhmakassar.org, berkaitan dengan berbagai macam bentuk kasus kekerasan terhadap perempuan di Sulsel, tahun 2020 tercatat sebanyak 538 perempuan.

Aliansi Gerakan Rakyat merilis ada 16 kasus kekerasan dalam rumah tangga, 15 kasus kekerasan seksual, 407 kasus kekerasan perempuan terhadap konflik agraria yang berkepanjangan, serta peraturan daerah dan budaya yang diskriminatif di Sulsel.

Beberapa identitas perempuan yang menjadi korban kekerasan, seperti Ibu Rumah Tangga, Mahasiswa, Petani, perempuan pesisir, buruh, orang dengan disabilitas dan kelompok rentan lainnya. Adapun aktor kasus kekerasan terhadap perempuan banyak dilakukan oleh oknum aparat negara.

Pewarta : M Darwin Fatir
Editor : Redaktur Makassar
Copyright © ANTARA 2024