Mamuju (ANTARA) - Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Provinsi Sulawesi Barat bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) meluncurkan Computer Security Incident Response Team (CSIRT).

Sekretaris Provinsi Sulbar Muhammad Idris, pada peluncuran CSIRT, di Mamuju, Rabu, mengatakan hal utama yang harus menjadi perhatian bersama adalah pengamanan data dan Informasi.

"Pengamanan data dan informasi serta pengamanan siber setidaknya harus memenuhi lima aspek," kata Muhammad Idris.

Kelima aspek yang dimaksud lanjut Muhammad Idris, yakni confidentiality atau kerahasiaan data dan informasi, integrity atau keutuhan data dan informasi, authentication atau keaslian data dan informasi, non-repudiation atau kebenaran pengirim data dan informasi serta akses control atau kelegalan akses terhadap data dan informasi.

Melalui peluncuran CSIRT tersebut, Sekprov berharap bisa mendukung pelaksanaan arsitektur SPBE Pemprov Sulbar yang aman dan "Malaqbi" atau bermartabat dan sejalan dengan salah satu misi dari lima pilar pembangunan Sulbar.

Lima pilar pembangunan Sulbar sebagai langkah strategis Gubernur dalam mewujudkan daerah yang berdaya saing dan sejajar dengan wilayah lainnya, yaitu mewujudkan pemerintahan, bersih, modern dan terpercaya.

"Saya titipkan sekali lagi kepada para kepala OPD, kita jangan selalu diskusi mengenai berapa alokasi anggaran, tetapi kira-kira khusus untuk isu pengembangan IT dan juga jaringan-jaringan yang lain itu seperti apa kita sikapi, supaya ada pembeda antara provinsi kita dengan yang lain. Ini adalah salah satu bagian yang harus kita perjuangkan sehingga kemajuan kita itu memang benar-benar terasa," terang Muhammad Idris.

Deputi Penanggulangan dan Pemulihan BSSN Mayjen TNI Yoseph Puguh Eko Setiawan menjelaskan ruang siber itu adalah suatu arena virtual yang terdukung dengan internet dan bisa melakukan pertukaran data, yang terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan fisik, lapisan logika dan lapisan sosial.

"BSSN hadir untuk meningkatkan bagaimana kita tidak mempengaruhi sistem elektronik tersebut. Kita hanya meningkatkan SDM di CSIRT sehingga mempunyai kualifikasi dan kemampuan yang optimal dalam melakukan kegiatan pengamanan sistem elektronika," urainya.

"Jadi CSIRT ini sebagai pasukan yang kita bentuk di daerah dan memiliki tugas untuk melakukan, menjaga, mengamankan dan respon cepat terhadap segala bentuk perang kejahatan yang tersebar dalam sistem elektronika," jelas Yoseph

Dalam ruang siber, menurut Yoseph, selain ada manfaat yang bisa didapatkan, juga ada ancaman yang tidak kalah penting bersifat teknikal dan sosial.

Menurut dia, jika dalam teknikal itu yang diserang adalah malware, database aplikasi dan jaringan server maka dalam sifat sosialnya adalah pengaruhnya terhadap kehidupan manusia seperti contoh propaganda hitam dan hoaks.

Ia berharap, sulbarprov-csirt tersebut dapat terus berkolaborasi bersinergi dan berbagi informasi dengan seluruh stakeholder keamanan siber, terutama dalam melakukan penanggulangan dan pemulihan insiden keamanan siber.

"Sehingga, Indonesia dapat memiliki visibilitas yang menyeluruh terhadap aset siber guna melakukan aksi respon yang lebih cepat sehingga waktu respon dan pemulihan terhadap insiden siber menjadi lebih efektif efisien," ujarnya.

"Dengan demikian, kesiapan dan upaya menjaga keberlangsungan aktivitas perekonomian keamanan, sistem pemerintahan berbasis elektronik dapat terlaksana dengan baik yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 95 tahun 2018 yang kita harapkan dapat berjalan lancar," ucap Yoseph.

Sementara, Kepala Bidang TIK dan Statistik Dinas Kominfopers Sulbar Imelda Adhiyanti menjelaskan, tujuan peluncuran sulbarprov-csirt tersebut untuk membangun, mengkoordinasikan, mengkolaborasikan dan mengoperasionalkan sistem mitigasi.

"Juga, membangun kerja sama serta membangun kapasitas sumber daya, manajemen krisis penanggulangan dan pemulihan terhadap insiden keamanan-keamanan siber pada lingkup Pemprov Sulbar," urai Imelda.

Pewarta : Amirullah
Editor : Redaktur Makassar
Copyright © ANTARA 2024