Makassar (ANTARA) - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan atau BPJAMSOSTEK turut memfasilitasi remaja penderita down syndrome untuk ikut vaksinasi COVID-19.
Ketua LKSA Komunitas Orangtua Anak dengan Sindroma Down (KOAS) Andi Rahmatullah mengemukakan bahwa ini kali pertama pihaknya mendapat kesempatan untuk ikut vaksinasi, khususnya bagi penderita down syndrome.
Andi Rahmatullah di RS Tajuddin Chalid Makassar, Rabu, menyadari bahwa pelaksanaan vaksinasi bagi para "remaja istimewa" ini bukanlah hal yang mudah, namun langkah BPJAMSOSTEK yang memberi ruang bagi mereka sangat diapresiasi.
"Ini giat yang pertama bagi anak-anak kita penderita down syndrome. Jadi hari ini ada enam penyandang down syndrome dan tiga orang tunanetra," ujarnya usai mendampingi mereka divaksinasi.
Vaksinasi yang digelar BPJAMSOSTEK ini akan berlangsung selama tiga hari sejak 25-27 Agustus 2021 untuk vaksinasi dosis I dengan target 1.500 peserta. Selain menargetkan para pekerja, kegiatan ini juga diperuntukkan bagi pelaku UMKM (usaha mikro kecil menengah) dan difabel atau penyandang disabilitas.
"Dengan kegiatan ini kita bersyukur karena difabel merasa diistimewakan karena memang mereka istimewa, kita tidak perlu lagi antre panjang," kata dia.
Anggota LKSA KOAS sangat antusias mengikuti anjuran pemerintah untuk ikut menyukseskan vaksinasi. Meski diakui tidak mudah membujuk para remaja down syndrome maupun penyandang disabilitas untuk ikut vaksinasi.
Maka dari itu, pendampingan dari orangtua menjadi hal utama dalam proses vaksinasi bagi "remaja istimewa" ini. Apalagi, tidak sedikit dari mereka yang bergantung pada kondisi hatinya saat melakukan vaksinasi.
"Penyandang disabilitas tergantung moodnya, apalagi yang down syndrome, sejak awal sangat senang ikuti prosesnya, mulai dari antri hingga di meja suntik vaksin, dan tiba-tiba tidak mau setelah melihat jarum suntik. Di sini kami akan maksimalkan peran membujuk mereka," urai Andi Rahma sapaannya.
LKSA KOAS yang saat ini hadir di Sulsel telah memiliki anggota sekitar 100 orang lebih yang didominasi oleh para penderita down syndrome, namun kebanyakan dari mereka masih belum masuk kategori remaja sehingga belum bisa memperoleh suntik vaksin.
Selain itu, masih banyak di antara mereka yang belum berani divaksinasi, meski para orangtua menghendaki. "Namanya istimewa, semuanya harus ekstra istimewa, kesabaran utamanya," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama Deputi Direktur BPJAMSOSTEK Sulawesi Maluku Arif Budiarto mengatakan pihaknya akan menyasar pula pekerja-pekerja informal dalam hal vaksinasi, hanya saja itu juga sangat ditentukan dengan jumlah vaksin yang tersedia.
"Memang masalahnya ini di stok vaksin, tetapi kegiatan seperti ini akan kami kembali gelar dengan target menyasar pekerja-pekerja informal yang tidak dibawa oleh perusahaan, seperti pedagang-pedagang kecil," ujarnya.
Direktur Utama BPJAMSOSTEK Anggoro Eko Cahyo bersama remaja difabel dan daun sindrome usai melakukan vaksinasi COVID-19 di RS Tajuddin Chalid Makassar, Rabu (25/08/2021). ANTARA/Nur Suhra Wardyah
Ketua LKSA Komunitas Orangtua Anak dengan Sindroma Down (KOAS) Andi Rahmatullah mengemukakan bahwa ini kali pertama pihaknya mendapat kesempatan untuk ikut vaksinasi, khususnya bagi penderita down syndrome.
Andi Rahmatullah di RS Tajuddin Chalid Makassar, Rabu, menyadari bahwa pelaksanaan vaksinasi bagi para "remaja istimewa" ini bukanlah hal yang mudah, namun langkah BPJAMSOSTEK yang memberi ruang bagi mereka sangat diapresiasi.
"Ini giat yang pertama bagi anak-anak kita penderita down syndrome. Jadi hari ini ada enam penyandang down syndrome dan tiga orang tunanetra," ujarnya usai mendampingi mereka divaksinasi.
Vaksinasi yang digelar BPJAMSOSTEK ini akan berlangsung selama tiga hari sejak 25-27 Agustus 2021 untuk vaksinasi dosis I dengan target 1.500 peserta. Selain menargetkan para pekerja, kegiatan ini juga diperuntukkan bagi pelaku UMKM (usaha mikro kecil menengah) dan difabel atau penyandang disabilitas.
"Dengan kegiatan ini kita bersyukur karena difabel merasa diistimewakan karena memang mereka istimewa, kita tidak perlu lagi antre panjang," kata dia.
Anggota LKSA KOAS sangat antusias mengikuti anjuran pemerintah untuk ikut menyukseskan vaksinasi. Meski diakui tidak mudah membujuk para remaja down syndrome maupun penyandang disabilitas untuk ikut vaksinasi.
Maka dari itu, pendampingan dari orangtua menjadi hal utama dalam proses vaksinasi bagi "remaja istimewa" ini. Apalagi, tidak sedikit dari mereka yang bergantung pada kondisi hatinya saat melakukan vaksinasi.
"Penyandang disabilitas tergantung moodnya, apalagi yang down syndrome, sejak awal sangat senang ikuti prosesnya, mulai dari antri hingga di meja suntik vaksin, dan tiba-tiba tidak mau setelah melihat jarum suntik. Di sini kami akan maksimalkan peran membujuk mereka," urai Andi Rahma sapaannya.
LKSA KOAS yang saat ini hadir di Sulsel telah memiliki anggota sekitar 100 orang lebih yang didominasi oleh para penderita down syndrome, namun kebanyakan dari mereka masih belum masuk kategori remaja sehingga belum bisa memperoleh suntik vaksin.
Selain itu, masih banyak di antara mereka yang belum berani divaksinasi, meski para orangtua menghendaki. "Namanya istimewa, semuanya harus ekstra istimewa, kesabaran utamanya," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama Deputi Direktur BPJAMSOSTEK Sulawesi Maluku Arif Budiarto mengatakan pihaknya akan menyasar pula pekerja-pekerja informal dalam hal vaksinasi, hanya saja itu juga sangat ditentukan dengan jumlah vaksin yang tersedia.
"Memang masalahnya ini di stok vaksin, tetapi kegiatan seperti ini akan kami kembali gelar dengan target menyasar pekerja-pekerja informal yang tidak dibawa oleh perusahaan, seperti pedagang-pedagang kecil," ujarnya.