Beijing (ANTARA) - Badai salju yang melanda wilayah utara dan timur laut China pada Sabtu (6/11) dan Minggu (7/11) telah melumpuhkan sektor transportasi di negara itu.
Badai salju masif untuk pertama kali ini mengakibatkan permukaan jalan diselimuti salju sehingga aksesnya harus ditutup. Sejumlah mobil terjebak di pergunungan, sementara perjalanan kereta api dan moda transportasi umum lainnya ditangguhkan.
Pusat Meteorologi Nasional China (NMC) pad Senin mencatat intensitas salju berkisar 20-40 milimeter pada akhir pekan di berbagai provinsi, seperti Mongolia Dalam, Hebei, Shandong, Liaoning, Beijing, dan Jilin.
Beberapa wilayah di utara masih akan mengalami gelombang dingin.
Gelombang dingin dari Siberia barat di Rusia menyebabkan badai salju sehingga temperatur udara di China turun sejak Sabtu, kata NMC.
Bahkan di Urumqi, Ibu Kota Daerah Otonomi Xinjiang, suhu udara turun drastis hingga sebanyak 22 derajat Celcius, tulis China Daily.
Di Beijing, salju yang menutupi jalan-jalan utama semakin mengeras.
Sejumlah jadwal perjalanan kereta api dari Beijing ke Shanghai dan Tianjin ditunda bahkan dibatalkan.
Lebih dari 170 bus juga disetop sementara dari kegiatan operasional, menurut Departemen Transportasi Kota Beijing.
Tahun ini hujan salju turun lebih awal 27 hari dibandingkan dengan rata-rata musim dingin pada periode 1991-2020 sebagaimana dilaporkan Weather.com.
Pepohonan masih berdaun saat hujan salju karena memang masih dalam masa musim gugur.
Pada bulan Oktober, La Nina telah memengaruhi udara dingin di China, demikian NMC.
"Di sebagian besar musim dingin, ketika peristiwa La Nina mencapai puncaknya, udara dingin cenderung lebih sering dan ekstrem melanda China," kata Wakil Direktur NMC Jia Xiaolong.
Badai salju masif untuk pertama kali ini mengakibatkan permukaan jalan diselimuti salju sehingga aksesnya harus ditutup. Sejumlah mobil terjebak di pergunungan, sementara perjalanan kereta api dan moda transportasi umum lainnya ditangguhkan.
Pusat Meteorologi Nasional China (NMC) pad Senin mencatat intensitas salju berkisar 20-40 milimeter pada akhir pekan di berbagai provinsi, seperti Mongolia Dalam, Hebei, Shandong, Liaoning, Beijing, dan Jilin.
Beberapa wilayah di utara masih akan mengalami gelombang dingin.
Gelombang dingin dari Siberia barat di Rusia menyebabkan badai salju sehingga temperatur udara di China turun sejak Sabtu, kata NMC.
Bahkan di Urumqi, Ibu Kota Daerah Otonomi Xinjiang, suhu udara turun drastis hingga sebanyak 22 derajat Celcius, tulis China Daily.
Di Beijing, salju yang menutupi jalan-jalan utama semakin mengeras.
Sejumlah jadwal perjalanan kereta api dari Beijing ke Shanghai dan Tianjin ditunda bahkan dibatalkan.
Lebih dari 170 bus juga disetop sementara dari kegiatan operasional, menurut Departemen Transportasi Kota Beijing.
Tahun ini hujan salju turun lebih awal 27 hari dibandingkan dengan rata-rata musim dingin pada periode 1991-2020 sebagaimana dilaporkan Weather.com.
Pepohonan masih berdaun saat hujan salju karena memang masih dalam masa musim gugur.
Pada bulan Oktober, La Nina telah memengaruhi udara dingin di China, demikian NMC.
"Di sebagian besar musim dingin, ketika peristiwa La Nina mencapai puncaknya, udara dingin cenderung lebih sering dan ekstrem melanda China," kata Wakil Direktur NMC Jia Xiaolong.