Jakarta (ANTARA) - Pemberian vaksinasi di daerah pedalaman di Sulawesi Barat masih mendapatkan tantangan dengan beredarnya informasi tidak benar atau hoaks yang sebagian besar berasal dari media sosial, kata Pelaksana tugas Kelapa Dinas Komunikasi dan Informasi Sulbar Mustari Mula.
Plt. Kadiskominfo Mustari mengatakan saat memulai pemberian vaksinasi di daerah terpencil di Sulbar, sosialisasi informasi tentang pentingnya vaksin COVID-19 terus dilakukan secara intensif.
"Terutama awal-awal kita itu menangkal informasi yang hoaks dan ini justru yang banyak tersebar di masyarakat terutama informasi itu tersebar melalui media-media sosial, sebelum informasi yang benar tiba di tengah mereka," jelas Mustasi dalam diskusi virtual Forum Merdeka Barat 9 yang dipantau virtual dari Jakarta pada Rabu.
Namun, berkat kerja sama berbagai pemangku kepentingan untuk memberikan sosialisasi dan edukasi untuk masyarakat di daerah pedalaman. Hal itu membuat meningkatnya partisipasi program vaksinasi COVID-19 oleh masyarakat pedalaman Sulbar.
Menurut data Kementerian Kesehatan sampai dengan pukul 12.00 WIB pada 24 November 2021, terdapat 494.082 orang yang sudah menerima dosis pertama vaksin COVID-19 di Sulbar dan 268.197 orang yang telah menjalani penyuntikan vaksin kedua. Target vaksinasi untuk provinsi Sulbar adalah 1.089.240 orang.
Terkait pemberian vaksin di daerah terpencil di Sulbar, Mustari mengatakan alat transportasi alternatif dipakai untuk membawa vaksin dan tenaga kesehatan seperti penggunaan kuda dan jenis motor yang bisa melalui berbagai medan.
Tantangan akses itu juga diakui oleh Harif Fadhillah, yang menjabat sebagai Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Menurut Harif, tenaga kesehatan menggunakan berbagai moda transportasi untuk menjangkau wilayah terpencil seperti perahu untuk daerah kepulauan.
Tidak hanya isu akses, pemahaman sebelum dilakukan vaksinasi juga penting dilakukan sebelum memberikan vaksin COVID-19 di daerah-daerah pedalaman.
"Tantangan utama dalam vaksinasi ini adalah tentang sejauh mana pemahaman masyarakat dapat menerima vaksin dengan baik. Karena itu edukasi masyarakat bukan sekedar memberikan informasi tapi informasi itu akan dapat diinternalisasi kemudian dipahami dan untuk segera diikuti," kata Harif.
Plt. Kadiskominfo Mustari mengatakan saat memulai pemberian vaksinasi di daerah terpencil di Sulbar, sosialisasi informasi tentang pentingnya vaksin COVID-19 terus dilakukan secara intensif.
"Terutama awal-awal kita itu menangkal informasi yang hoaks dan ini justru yang banyak tersebar di masyarakat terutama informasi itu tersebar melalui media-media sosial, sebelum informasi yang benar tiba di tengah mereka," jelas Mustasi dalam diskusi virtual Forum Merdeka Barat 9 yang dipantau virtual dari Jakarta pada Rabu.
Namun, berkat kerja sama berbagai pemangku kepentingan untuk memberikan sosialisasi dan edukasi untuk masyarakat di daerah pedalaman. Hal itu membuat meningkatnya partisipasi program vaksinasi COVID-19 oleh masyarakat pedalaman Sulbar.
Menurut data Kementerian Kesehatan sampai dengan pukul 12.00 WIB pada 24 November 2021, terdapat 494.082 orang yang sudah menerima dosis pertama vaksin COVID-19 di Sulbar dan 268.197 orang yang telah menjalani penyuntikan vaksin kedua. Target vaksinasi untuk provinsi Sulbar adalah 1.089.240 orang.
Terkait pemberian vaksin di daerah terpencil di Sulbar, Mustari mengatakan alat transportasi alternatif dipakai untuk membawa vaksin dan tenaga kesehatan seperti penggunaan kuda dan jenis motor yang bisa melalui berbagai medan.
Tantangan akses itu juga diakui oleh Harif Fadhillah, yang menjabat sebagai Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Menurut Harif, tenaga kesehatan menggunakan berbagai moda transportasi untuk menjangkau wilayah terpencil seperti perahu untuk daerah kepulauan.
Tidak hanya isu akses, pemahaman sebelum dilakukan vaksinasi juga penting dilakukan sebelum memberikan vaksin COVID-19 di daerah-daerah pedalaman.
"Tantangan utama dalam vaksinasi ini adalah tentang sejauh mana pemahaman masyarakat dapat menerima vaksin dengan baik. Karena itu edukasi masyarakat bukan sekedar memberikan informasi tapi informasi itu akan dapat diinternalisasi kemudian dipahami dan untuk segera diikuti," kata Harif.