Mamuju (ANTARA) - Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Mamuju memfasilitasi ekspor cangkang sawit Sulawesi Barat sebesar 10 ribu ton dengan nilai Rp4 miliar.
Kepala Karantina Pertanian Mamuju Agus Karyono Jumat menyampaikan, sebelum cangkang sawit dikirim ke Jepang, pihaknya telah lakukan fasilitasi ekspor berupa pemeriksaan dokumen, fisik hingga perlakuan fumigasi dengan menggunakan zat kimia phospin untuk menjamin komoditas pertanian asal Sulbar terbebas dari serangga hidup.
"Kami pastikan komoditas pertanian asal Sulbar terhindar dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan telah sesuai dengan persyaratan negara tujuan," kata Agus Karyono.
"Serangkaian pemeriksaan dan pengawasan itu dilakukan oleh pejabat karantina tumbuhan untuk selanjutnya dapat diterbitkan sertifikasi jaminan kesehatan, pythosanitary certificate (PC) demi menjaga kualitas dan peluang di pasar ekspor,” tambahnya.
Baca juga: Gubernur Sulbar : Pengelolaan TBS sawit perhatikan kelestarian lingkungan
Baca juga: Pemprov Sulbar dorong akurasi data perkebunan kelapa sawit
Berdasarkan data yang diperoleh dari IQFAST lanjutnya, tercatat ekspor cangkang sawit sepanjang 2020 mencapai volume 16,7 ribu ton atau setara dengan Rp22,9 miliar tujuan Thailand,.dengan frekuensi pengiriman dua kali.
"Sedangkan pada 2021 hanya pengiriman sampel dua kali dengan negara tujuan baru, yaitu Jepang sebanyak 15 kilogram," ujar Agus Karyono.
"Cangkang sawit diminati di pasar mancanegara tersebut diperuntukkan sebagai sumber energi biomassa terbarukan, karena Jepang perlahan mulai meninggalkan penggunaan bahan bakar fosil," tambahnya.
Sementara, Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Bambang berharap, melalui momentum pelepasan ekspor tersebut mampu membangkitkan gairah ekspor produk pertanian yang ada di Sulbar.
Baca juga: Sekprov dorong terciptanya satu data perkebunan kelapa sawit di Sulbar
"Harapannya, semoga ke depan terus terjadi peningkatan, baik itu melalui peningkatan produksi, penambahan frekuensi pengiriman, jumlah eksportir dan ragam produk pertanian, hingga dapat memperluas mitra dagang atau negara tujuan," kata Bambang.
Ia menyebutkan secara nasional, sistem data otomasi perkarantinaan (IQFAST) Badan Karantina Pertanian tercatat, pada awal 2022 ekspor cangkang sawit telah mencapai 102,9 ribu ton atau senilai Rp537,1 miliar dengan frekuensi pengiriman sebanyak 39 kali.
Sedangkan sepanjang 2021 lanjutnya, telah dilakukan sertifikasi sebanyak 1,3 juta ton atau setara dengan nilai Rp7,8 triliun.
Ia mengaku, bersama jajarannya terus berkomitmen mendorong suksesnya program unggulan Kementerian Pertanian, Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Komoditas Pertanian (Gratieks) dalam upaya mencapai rencana pembangunan pertanian 2020-2024.
"Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL agar terwujud program Kementan, mulai dari menggali potensi-potensi ekspor yang ada di daerah hingga mengawal komoditas tersebut tiba di negara tujuan," terang Bambang.
Kepala Karantina Pertanian Mamuju Agus Karyono Jumat menyampaikan, sebelum cangkang sawit dikirim ke Jepang, pihaknya telah lakukan fasilitasi ekspor berupa pemeriksaan dokumen, fisik hingga perlakuan fumigasi dengan menggunakan zat kimia phospin untuk menjamin komoditas pertanian asal Sulbar terbebas dari serangga hidup.
"Kami pastikan komoditas pertanian asal Sulbar terhindar dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan telah sesuai dengan persyaratan negara tujuan," kata Agus Karyono.
"Serangkaian pemeriksaan dan pengawasan itu dilakukan oleh pejabat karantina tumbuhan untuk selanjutnya dapat diterbitkan sertifikasi jaminan kesehatan, pythosanitary certificate (PC) demi menjaga kualitas dan peluang di pasar ekspor,” tambahnya.
Baca juga: Gubernur Sulbar : Pengelolaan TBS sawit perhatikan kelestarian lingkungan
Baca juga: Pemprov Sulbar dorong akurasi data perkebunan kelapa sawit
Berdasarkan data yang diperoleh dari IQFAST lanjutnya, tercatat ekspor cangkang sawit sepanjang 2020 mencapai volume 16,7 ribu ton atau setara dengan Rp22,9 miliar tujuan Thailand,.dengan frekuensi pengiriman dua kali.
"Sedangkan pada 2021 hanya pengiriman sampel dua kali dengan negara tujuan baru, yaitu Jepang sebanyak 15 kilogram," ujar Agus Karyono.
"Cangkang sawit diminati di pasar mancanegara tersebut diperuntukkan sebagai sumber energi biomassa terbarukan, karena Jepang perlahan mulai meninggalkan penggunaan bahan bakar fosil," tambahnya.
Sementara, Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Bambang berharap, melalui momentum pelepasan ekspor tersebut mampu membangkitkan gairah ekspor produk pertanian yang ada di Sulbar.
Baca juga: Sekprov dorong terciptanya satu data perkebunan kelapa sawit di Sulbar
"Harapannya, semoga ke depan terus terjadi peningkatan, baik itu melalui peningkatan produksi, penambahan frekuensi pengiriman, jumlah eksportir dan ragam produk pertanian, hingga dapat memperluas mitra dagang atau negara tujuan," kata Bambang.
Ia menyebutkan secara nasional, sistem data otomasi perkarantinaan (IQFAST) Badan Karantina Pertanian tercatat, pada awal 2022 ekspor cangkang sawit telah mencapai 102,9 ribu ton atau senilai Rp537,1 miliar dengan frekuensi pengiriman sebanyak 39 kali.
Sedangkan sepanjang 2021 lanjutnya, telah dilakukan sertifikasi sebanyak 1,3 juta ton atau setara dengan nilai Rp7,8 triliun.
Ia mengaku, bersama jajarannya terus berkomitmen mendorong suksesnya program unggulan Kementerian Pertanian, Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Komoditas Pertanian (Gratieks) dalam upaya mencapai rencana pembangunan pertanian 2020-2024.
"Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL agar terwujud program Kementan, mulai dari menggali potensi-potensi ekspor yang ada di daerah hingga mengawal komoditas tersebut tiba di negara tujuan," terang Bambang.