Makassar (ANTARA) - Lembaga Darud Da'wah Wal Irsyad (DDI) menggelar bedah buku yang mengangkat seorang tokoh bernama Muhammad Adnan Arsal dijuluki Panglima Damai Poso, ditulis Khoirul Anam, lalu diterbitkan  PT Elex Media Komputindo, Gramedia pada Juni 2021 di Makassar, Sulawesi Selatan.

"Buku ini hanya menggunakan konflik Poso sebagai latarbelakang untuk menjelaskan bahaya paham ekstrimisme beragama. Tapi, nilai tokoh dari buku ini, adalah pentingnya menjaga perdamaian. Kalau konflik sudah datang, itu tugas kita untuk mendamaikan" ujar Khoirul Anam, di Makassar, Rabu.

Buku berjudul 'Muhammad Adnan Arsal Panglima Damai Poso' mengisahkan konflik berdarah saat terjadi di Poso, Sulawesi Tengah, dan masih menyisakan duka mendalam terhadap kedua belah kubu.

Peristiwa berdarah itu terjadi pada tahun 1998 dengan harapan tidak terulang kembali dikemudian hari. Isi buku yang dikisahkan ustadz Muhammad Adnan Arsal lebih banyak mengangkat pesan-pesan perdamaian. 

Buku ini, kata dia, menjadi inspirasi bagi semua, karena setelah puluhan tahun, hingga kini Indonesia masih mengalami konflik, terutama konflik yang mengatasnamakan agama. 

"Berdasarkan pengalaman masyarakat Poso bagaimanapun konflik tidak akan menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Tapi peran tokoh-tokoh penting yang membawa masyarakat agar bisa berdialog. Stigma Poso sebagai daerah konflik memang sudah harus dihentikan," paparnya menegaskan. 

Sementara Ustadz Adnan menceritakan berbagai pengalaman ketika konflik itu  terjadi. Pengalaman tersebut masih membekas di ingatannya hingga dituangkan dalam buku. Kala itu, banyak orang meninggalkan  Poso, tapi ia memilih tinggal bertahan, dengan tekad memberikan perlindungan bagi umat muslim. 

Bahkan untuk mencari solusi perdamaian, komunikasi dengan bupati, unsur Muspida setempat intens dilaksanakan dengan pertemuan tokoh lintas agama. Tetapi, ketika disepakati damai, saat siang, malamnya perang kembali pecah. 

"Siang kita berdiskusi lalu berdamai, tapi malamnya pecah lagi. Sudah beberapa kali berdamai tapi ujungnya selalu berkonflik. Tetapi alhamdulilah, sudah kami selesaikan dengan berbagai pertemuan dan dialog. Sehingga antara Islam dengan Kristen kini sudah hidup damai dan sejahtera," ucapnya. 

Staf Khusus Kemenag RI, Mohammad Nuruzzaman, pada kesempatan itu menambahkan, saat ini darurat paham radikalisme, terutama di Kota Makassar yang menjadi salah satu daerah sasaran para pelaku terorisme. Sehingga perlu diantisipasi semua pihak agar tidak terjadi konflik baru mengatasnamakan agama. 

Hadir pula sejumlah tokoh dan pemuka agama seperti Gurutta HM Alwi Nawawi, Darul DDI Muammar Muhammad Bakry, Pengurus MUI Pusat, Muh Najih Arromadloni, tokoh perempuan Majdah M Zain. Bedah buku dipandu Muhammad Shuhufi.
 

Pewarta : M Darwin Fatir
Editor : Suriani Mappong
Copyright © ANTARA 2024