Makassar (ANTARA) - Direktur Tanahindie Anwar Jimpe Rachman mengatakan Tanahindie yang juga dikenal dengan "Kampung Buku" di usia ke-25 tahun telah menjadi pionir komunitas literasi yang telah menghasilkan ratusan karya kolaborasi berupa buku maupun pementasan atau pameran.
"Tanahindie ini dibangun dengan konsep yang sedikit berbeda dengan perpustakaan pada umumnya. Ini memadukan antara pustaka, seni dan karya kreatif dengan membangun kolaborasi antarpihak," kata Anwar di peringatan HUT ke-25 Tanahindie di Makassar, Selasa malam.
Dia mengatakan awal pembentukan Tanahindie ini pada 1999 karena kebersamaan visi dan misi untuk mengajak generasi muda cinta dan gemar membaca, serta menghasilkan karya. Selain itu, juga menjadi wadah untuk bertukar pikiran dan informasi, serta menjadi kegiatan uji coba untuk suatu survei dan hasilnya sebagai bahan tulisan.
Hasilnya, hingga saat ini sudah lebih 100 orang penulis yang tersebar di Sulawesi Selatan maupun luar Sulsel. Kendati demikian, komunitas itu tetap terjaga dan saling terkoneksi dengan adanya perangkat teknologi informasi.
Hal itu dibenarkan oleh dua orang dari komunitas literasi itu, Yessy dan Wahyu. Menurut keduanya, Tanahindie memberikan warna yang berbeda, karena selain dapat menjadi wadah tempat membaca, juga berdiskusi dan belajar menulis untuk menghasilkan satu karya.
"Jadi di sini, kita bisa mulai dari membaca kemudian mendapatkan workshop menulis dan kemudian menghasilkan tulisan dengan adanya pendampingan dan kemudian proses editing hingga menjadi buku," kata Wahyu.
Sementara Yessy menambahkan, Tanahindie juga menyediakan koleksi buku dari yang jadul hingga kekinian dan terbuka untuk umum mulai dari pukul 10.00 Wita pagi hingga 22.00 Wita malam. Sejumlah buku juga dapat dibawa pulang dengan harga miring.
Bagi mahasiswa yang memiliki tugas karya ilmiah, skripsi atau tesis, dapat berkunjung ke Tanahindie untuk berdiskusi dan mencari solusi untuk menyelesaikan tugas kampus.*