Makassar (ANTARA) - Kapolrestabes Makassar Kombes Pol. Budhi Haryanto mengatakan, pelaku membeli senjata untuk menembak pegawai Dishub Makassar Najamuddin Sewang dari jaringan teroris.

"Pistol jenis revolver itu dibeli  secara online oleh tersangka dan ternyata dibeli oleh jaringan teroris," kata Kombes Pol. Budhi Haryanto saat merilis pengungkapan kasus penembakan di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin.

Hasil uji forensik di Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Cabang Makassar menyatakan pistol itu bukan rakitan, melainkan senjata pabrikan.

Demikian pula proyektil kaliber 33 dan 38, kata Kapolrestabes, merupakan hasil produksi pabrikan.

Saat kejadian, tiga peluru ditembakkan oleh pelaku dan selongsong peluru disita. Hal yang sama berlaku untuk 53 peluru utuh, termasuk senjata jenis revolver.

"Setelah digeledah tempat pengambilan senjata, pelaku mengaku membeli secara online . Setelah digeledah ternyata jaringan teroris. Ini sementara digeledah lagi," ujarnya.

Namun, Kapolrestabes enggan merinci jaringan teroris tersebut. Dalam hal ini, pihaknya terus memperdalam jaringan.

   

Dalam kasus tersebut, polisi menetapkan lima tersangka yang masing-masing berinisial MIA (Kasatpol PP Makassar), SU, CA, AS, dan SL.

MIA atau Iqbal Asnan sendiri berperan sebagai dalang pembunuhan yang dibantu empat orang lainnya sebagai perencana dan pelaksana.

Untuk saksi, pihaknya telah memeriksa 25 orang, termasuk memeriksa rekaman kamera pengawas (CCTV) di 10 titik, baik di sepanjang Jalan Danau Tanjung Bunga maupun Jalan Metro.

Sebelumnya, penembakan terhadap pegawai Dishub Makassar Najamuddin Sewang terjadi sekitar pukul 10.00 WITA di Jalan Danau Tanjung Bunga, Minggu (3/4), setelah mengatur lalu lintas di Jalan Metro Tanjung Bunga.

Sebelum diketahui sebagai kasus pembunuhan, polisi menyatakannya sebagai kasus kecelakaan lalu lintas tunggal karena serangan jantung. Begitu pula saat dibawa ke rumah sakit terdekat.

Namun, sesampainya di rumah jenazah dan hendak dimandikan, keluarga menemukan lubang seperti luka tembak di ketiak kiri hingga akhirnya jenazah dibawa ke RS Bhayangkara untuk diautopsi.

Dua jam setelah otopsi, tim dokter polisi dari RS Bhayangkara berhasil mengangkat proyektil yang bersarang di paru-paru korban yang juga menjadi penyebab kematian akibat paru-paru bocor akibat penetrasi peluru.

Pewarta : Muh. Hasanuddin
Editor : Redaktur Makassar
Copyright © ANTARA 2024