Bantaeng, Sulsel (ANTARA News) - Direktur Perbenihan Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI Dr Ir Bambang Budianto mengatakan, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, sudah jauh lebih maju dibanding daerah lainnya untuk bidang ketahanan pangan.

"Apa yang dilakukan di Bantaeng bahkan seiring dengan program Kementerian Pertanian dan penerapannya sudah diterapkan di daerah ini," katanya ketika berbicara pada Seminar Nasional Pertanian Berkelanjutan Berbasis Organik di Bantaeng, Minggu.

Seminar yang menampilkan enam pembicara, termasuk dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tarmadi, akademisi Unhas Dr Sylvia Syam, Kepala Balai BPSB TPH Ir Ahmad Nur MP, Kadis Pertanian Bantaeng Prof Dr H Syamsu Alam dan praktisi Fandi SPi dari PT Global Seafood International Indonesia tersebut dibuka Bupati Bantaeng Prof HM Nurdin Abdullah.

Menurut Bambang, untuk bidang pertanian, daerah berjarak 120 kilometer arah selatan Kota Makassar ini benar-benar sudah jauh lebih maju, termasuk penggunaan pupuk organik yang benar-benar murni.

"Kalau Kementerian Pertanian masih melakukan pembenahan terhadap lahan yang ada agar dikembalikan ke alami, maka Bantaeng sudah melakukannya dan sudah murni, meski kegiatan tersebut belum masuk ke dalam dokumen Kementerian Pertanian," ujarnya.

Pemerintah selama ini memberi perhatian penuh terhadap pemenuhan kebutuhan pertanian strategis, terutama beras dan jagung meski diakui kontribusinya semakin menurun.

Ini tetap dilakukan karena dinilai strategis sebab 40 persen tenaga kerja masih bergerak di sektor ini, namun tingkat kesejahteraan petani masih tetap rendah dibandingkan sektor lainnya.

Karena itulah, Kementan tetap berupaya mengajak petani memiliki usaha yang lebih baik antara lain melalui pertanian organik sebab jenis ini tidak hanya melibatkan banyak pihak, tetapi yang terpenting adalah pemenuhan kebutuhan pangan.

Itulah sebabnya, kata Bambang lagi, Pemerintah berupaya mencapai program surplus beras sebanyak 10 juta ton pada 2014. Ini dimaksudkan untuk menjawab tantangan pemenuhan serta kebutuhan industri, bahkan akhir-akhir ini menjadi kebutuhan energy.

Khusus pengembangan pangan alternatif yang sudah dilakukan Bantaeng melalui pengembangan tanaman talas, Direktur Perbenihan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian mengatakan, pengembangan tersebut perlu dimassalkan ke daerah lain.

Pangan alternatif yang juga menjadi komoditi ekspor tersebut harus diproduksi lebih banyak, dan bila memungkinkan Kabupaten Bantaeng diharap mengembangkan varietas baru seperti yang sudah dilakukan di Negara Kepulauan Fiji yang sudah mengembangkan talas hybrid.

Negara tersebut sudah lama mengembangkan talas sebagai pangan alternatif. Ia kemudian memuji diversifikasi yang dilakukan di Bantaeng yang sudah meningkatkan pengelolaan talas menjadi bakso.

"Bila tanaman ini juga sudah bisa diproduksi banyak, maka tepung terigu yang selama ini dari gandum juga bisa diganti dari talas. Jadi, apa yang dilakukan di Bantaeng sudah luar biasa. Saya tidak tahu apakah Bantaeng menjalankan program Kementerian Pertanian atau Kementerian yang mengikut ke Bantaeng," ucapnya.

Kementerian Pertanian sendiri melakukan revitalisasi lahan, perbenihan, infrastruktur dan sarana, termasuk irigasi bekerjasama Kementerian Pekerjaan Umum, peningkatan kemampuan sumber daya manusia serta revitalisasi pemberdayaan petani ditandai berbagai skim kredit.

Bambang mengemukakan dukungannya menjadikan Kabupaten Bantaeng menjadi Kabupaten Benih Berbasis Teknologi untuk mengurangi beban nasional.

Kementan sendiri sudah mengembangkan 230 varietas padi melalui Badan Litbang Pertanian. Khusus talas, Direktur Perbenihan berharap, Bantaeng mengembangkan varietas sebab selama ini baru satu jenis yang dikembangkan Badan Litbang Pertanian.

"Kami berharap, Bantaeng membantu Kementerian Pertanian untuk mengembangkan varietas terbaru," ujarnya. 
(T.KR-DF/F003) 


Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024