Jakarta (ANTARA) - Juara baru Wimbledon Elena Rybakina mengaku sempat khawatir tidak dapat bertahan hingga pekan kedua di turnamen Grand Slam di Wimbledon setelah mengalahkan Ons Jabeur dalam pertarungan final, Sabtu.
Petenis kelahiran Moscow, Rusia yang sudah mewakili Kazakhstan sejak empat tahun terakhir itu bangkit dari ketertinggalan di set pertama untuk mengunci kemenangan dari petenis Tunisia peringkat dua dunia Jabeur 3-6, 6-2, 6-2.
“Saya tidak menyangka bisa mencapai pekan kedua turnamen Grand Slam di Wimbledon. Menjadi juara adalah hal yang menakjubkan. Saya tak bisa menjelaskan betapa bahagianya saya sekarang,” kata petenis berusia 23 tahun itu.
“Saya sangat gugup sebelum dan selama pertandingan, tapi saya senang akhirnya semuanya selesai,” katanya lagi.
Sebelum tiba di Wimbledon tahun ini, Rybakina yang kini menduduki peringkat ke-23 dunia itu belum pernah melampaui babak perempat final turnamen Grand Slam.
Namun kini dia berhasil meraih gelar dalam penampilan final perdananya di turnamen Grand Slam. Kemenangan yang diraih Rybakina itu sekaligus menggagalkan ambisi petenis peringkat dua dunia Ons Jabeur untuk mencetak sejarah menjadi petenis Afrika pertama yang memenangi gelar Grand Slam.
“Selamat kepada Ons atas semua yang telah kamu raih. Kamu adalah inspirasi bagi masyarakat Tunisia dan semuanya,” kata Rybakina.
Sementara itu, Jabeur berharap dia bisa merebut gelar mayor dalam turnamen berikutnya.
“Selama kepada Elena dan tim. Dia pantas mendapatkan ini dan saya berharap berikutnya gelar itu bisa menjadi milik saya,” kata Jabeur.
“Elena mencuri gelar saya, tapi tidak masalah,” ujarnya berkelakar.
“Saya mencintai turnamen ini dan saya merasa sedih, tapi saya akan terus mencoba untuk menginspirasi banyak generasi dari negara saya," demikian AFP.