Bantaeng, Sulsel (ANTARA News) - Petani di kawasan produksi padi Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, disarankan beralih menanam palawija untuk menghindari kerugian karena saat ini telah memasuki musim kemarau yang berpotensi mengancam gagal panen bagi tanaman padi.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak), Muchlis TR di Bantaeng, Selasa, mengatakan, saat ini pihak Dispertanak sudah mulai melakukan pendataan terkait dengan luas areal persawahan yang berpotensi terkena dampak kekeringan selama musim kemarau.

Kemungkinan besar, lahan yang akan terkena dampaknya adalah areal persawahan tadah hujan yang terbanyak berada di Kecamatan Pa'jukukang.

"Kita masih mengumpulkan datanya, berapa lahan sawah tadah hujan yang bisa terkena dampak kekeringan itu," ujarnya.

Dia menambahkan, bagi petani sawah tadah hujan, pihaknya meminta agar petani yang bersangkutan untuk beralih ke tanaman palawija. Petani itu bisa meminta pendapat dari penyuluh pertanian mengenai tanaman palawija apa saja yang cocok ditanam dan tidak menggunakan banyak air.

Muchlis mengatakan, banyak pilihan tanaman palawija yang cocok untuk musim kemarau. Beberapa diantaranya adalah tanaman kacang tanah, kedelai atau jagung. Namun, yang paling baik, lanjutnya, adalah tanaman kedelai karena tidak menggunakan banyak air dan harga jualnya cukup mahal.

"Kalau tanaman kedelai tidak membutuhkan banyak air sedangkan harga jualnya juga cukup mahal," ucapnya.

Akhir Agustus ini, Kabupaten Bantaeng sudah akan memasuki musim kemarau. Dia belum bisa memastikan seberapa lama musim kemarau ini melanda, namun pihaknya berharap kemarau ini cepat berlalu sehingga tidak menyusahkan petani.

Biasanya musim kemarau itu lamanya satu sampai beberapa bulan kedepan. Mudah-mudahan musim ini cepat berlalu, ujarnya.

Sementara itu, puluhan hektar lahan tanaman jagung di desa Bonto Karaeng, Kecamatan Sinoa terancam gagal panen. Tanaman jagung yang sudah berbuah mengalami kekeringan, sementara buahnya masih terlalu muda. Akibatnya, tanaman jagung tidak bisa hidup lama hingga usia panen.

"Batang dan daun jagungnya kering, sementara buahnya masih muda," jelas salah seorang ketua kelompok tani di desa itu, Saleng.

Saleng mengatakan, kondisi itu hampir terjadi di semua hamparan tanaman jagung milik petani di Kecamatan Sinoa. Petani menduga kondisi tanaman jagung itu disebabkan karena serangan hama. Namun, pihaknya tidak bisa memastikan hama apa yang menyerang tanaman itu.

Terkait dengan kondisi itu, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dispertanak Bantaeng, Muchlis mengaku sudah mendapat laporan mengenai tanaman jagung yang mengalami kondisi itu. Hanya saja, dia tidak bisa memastikan apakah tanaman jagung itu terserang hama atau tidak.

Dia menduga, tanaman jagung itu mengalami kekeringan. Sebab, beberapa petani di wilayah itu terlambat menanam saat musim tanam lalu. Akibatnya, saat mulai masuk masa panen, tanaman jagung itu tidak mendapatkan air.

"Kemungkinan besar tanaman jagung itu mengalami kekeringan. Mungkin petaninya terlambat menanam. Akibatnya, memasuki masa panen, jagung yang seharusnya mendapat pasokan air malah mengalami kekeringan," ucapnya.(T.KR-DF/F003) 

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024