Makassar (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sulawesi Selatan (BKKBN) Sulawesi Selatan menggelar orientasi layanan KB bagi tenaga kesehatan di Kabupaten Pinrang untuk mencegah stunting.

"Untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan KB, kami menggelar orientasi peningkatan kapasitas pelayanan KB bagi nakes di Fasilitas Kesehatan (Faskes) Jaringan dan Jejaring di Rumah Sakit Khadijah Pinrang," kata Kepala BKKBN Sulsel, Hj Andi Ritamariani dalam keterangan persnya di Makassar, Selasa.

Dia mengatakan, selain meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan di Faskes terkait pemasangan alat kontrasepsi khususnya metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), kegiatan ini juga diharapkan dapat mendorong cakupan kesertaan ber-KB pasangan usia subur (PUS) yang berdampak pada menurunnya angka "unmet need" (kebutuhan KB tidak terpenuhi).

Lebih lanjut Andi Rita menyebutkan, berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2021, jumlah pengguna metode kontrasepsi modern (mCPR) hanya sebesar 57,0 persen, sedangkan unmet need masih cukup tinggi yaitu sebesar 18 persen, untuk itu diperlukan penguatan akses terhadap pelayanan KB, salah satu melalui penguatan SDM pelayanan KB bagi tenaga kesehatan di Faskes, jaringan dan jejaring.

“Kegiatan yang dilakukan di Pinrang untuk menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki, dimana beberapa tahun tidak pernah dilakukan penyegaran,” jelas Andi Rita.

Menurut Andi Rita, semua alat kontrasepsi memiliki tingkat kegagalan meskipun sangat kecil. untuk itu perlu dilakukan penyegaran dan update informasi terkait pelayanan KB yang terbaru.

Hal tersebut untuk mendukung terciptanya pelayanan yang baik dan benar sesuai standar layanan, sehingga harus dilaksanakan pelatihan baik penganggarannya melalui APBN ataupun secara mandiri.

Andi Rita mengingatkan agar setiap tenaga kesehatan sebelum melakukan pelayanan KB, harus melakukan Informed consent terlebih dahulu yaitu informasi terkait kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi kepada PUS, sehingga klien dapat memilih metode kontrasepsi tepat sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.

"Bagi ibu yang baru melahirkan, sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi implan atau IUD, meskipun saat terdapat pil progestine yang tidak mempengaruhi produksi ASI," katanya.

Sementara itu, Hj Anggraeni selaku narasumber menuturkan pihaknya tidak dapat melarang setiap pasangan untuk hamil, namun perlu diberi edukasi agar kehamilannya diatur, sehingga anak kelak dapat sehat demikian pula dengan ibunya.

“Untuk mengatur kelahiran dianjurkan untuk memakai salah satu alat kontrasepsi KB, dimana implant dan IUD paling banyak peminatnya” ujar Anggraeni.

Dia menambahkan, implant dan IUD merupakan alat kontrasepsi yang sangat praktis, dimana pemasangannya mudah, dan untuk mencabutnya juga mudah, selain itu efektif dan efesien sekali pasang dapat melindungi kehamilan sampai empat tahun dan jika dilepas dapat mengembalikan kesuburan.

Dikatakan ada banyak keuntungan jika kehamilan dapat diatur, lanjut dia, karena keluarga memiliki banyak waktu untuk memberi pengasuhan dan perhatian akan tumbuh kembang dan pendidikan anak, serta ibu memiliki kesempatan lebih untuk mengurus diri sendiri dan keluarga.

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Redaktur Makassar
Copyright © ANTARA 2024