Makassar (ANTARA) - Tim Penggerak PKK bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sulawesi Selatan menggelar program "Membatik Goes to School" di Benteng Fort Rotterdam Kota Makassar, Rabu.
Ketua Tim Penggerak PKK Sulsel Naoemi Octarina mengatakan PKK bersinergi dengan Disbudpar UPT Museum Lagaligo terkait dengan program Cinta Museum.
"Melalui program Cinta Museum ini kita mengenalkan anak-anak kita dengan sejarah. Kita kunjungi Benteng Rotterdam dan lakukan kegiatan membatik di sini," kata dia.
Ia menjelaskan kegiatan ini diikuti puluhan siswa Sekolah Dasar (SD). Sebelum ke Rotterdam, para siswa SD juga membuat seragam sendiri dengan teknik tie dye.
"Kegiatan siswa diawali dengan buat seragam sendiri dengan teknik tie dye. Kemudian sekarang mereka membatik di kipas. Artinya kita ingin warisan budaya kita di Indonesia tetap kita jaga untuk anak-anak kita," ujarnya.
Naoemi berharap, ke depan makin banyak sekolah yang mengikuti kegiatan ini, untuk mengenal sejarah dan budaya di Kota Makassar, sekaligus belajar cara membatik secara sederhana.
Sebelumnya, Disbudpar telah menggelar pameran temporer di Benteng Fort Rotterdam agar siswa bisa belajar sejarah melalui benda pusaka.
Pengunjung dapat menemukan ratusan benda pusaka utamanya senjata tajam yang merupakan koleksi sejumlah komunitas pecinta senjata tradisi yang berjumlah 47 komunitas, baik di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, bahkan dari Kalimantan Timur dan Jawa Timur.
Sejumlah koleksi senjata tajam yang bernilai historis dapat ditemukan di pameran ini dengan eksotisme tersendiri, baik dari usia hingga riwayat sang pemilik, mulai dari senjata yang digunakan para pahlawan pejuang revolusi kemerdekaan di Sulawesi Selatan hingga senjata berusia ratusan tahun.
Ketua Tim Penggerak PKK Sulsel Naoemi Octarina mengatakan PKK bersinergi dengan Disbudpar UPT Museum Lagaligo terkait dengan program Cinta Museum.
"Melalui program Cinta Museum ini kita mengenalkan anak-anak kita dengan sejarah. Kita kunjungi Benteng Rotterdam dan lakukan kegiatan membatik di sini," kata dia.
Ia menjelaskan kegiatan ini diikuti puluhan siswa Sekolah Dasar (SD). Sebelum ke Rotterdam, para siswa SD juga membuat seragam sendiri dengan teknik tie dye.
"Kegiatan siswa diawali dengan buat seragam sendiri dengan teknik tie dye. Kemudian sekarang mereka membatik di kipas. Artinya kita ingin warisan budaya kita di Indonesia tetap kita jaga untuk anak-anak kita," ujarnya.
Naoemi berharap, ke depan makin banyak sekolah yang mengikuti kegiatan ini, untuk mengenal sejarah dan budaya di Kota Makassar, sekaligus belajar cara membatik secara sederhana.
Sebelumnya, Disbudpar telah menggelar pameran temporer di Benteng Fort Rotterdam agar siswa bisa belajar sejarah melalui benda pusaka.
Pengunjung dapat menemukan ratusan benda pusaka utamanya senjata tajam yang merupakan koleksi sejumlah komunitas pecinta senjata tradisi yang berjumlah 47 komunitas, baik di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, bahkan dari Kalimantan Timur dan Jawa Timur.
Sejumlah koleksi senjata tajam yang bernilai historis dapat ditemukan di pameran ini dengan eksotisme tersendiri, baik dari usia hingga riwayat sang pemilik, mulai dari senjata yang digunakan para pahlawan pejuang revolusi kemerdekaan di Sulawesi Selatan hingga senjata berusia ratusan tahun.