Jakarta (ANTARA) - Casper Ruud membukukan pertemuan dengan Novak Djokovic pada final ATP Finals usai mengalahkan Andrey Rublev 6-2, 6-4 di Turin, Sabtu malam waktu setempat.
Ruud memukul bola dengan konsisten pada saat-saat krusial ketika dia mengonversi empat break point untuk meraih kemenangan.
Satu-satunya kesalahan bagi juara Buenos Aires, Jenewa, dan Gstaad itu terjadi pada kedudukan 5-2 pada set kedua, ketika dia kehilangan servisnya, tetapi dia bertahan untuk mengunci kemenangannya hanya dalam waktu 69 menit.
"Kadang-kadang sulit karena hal-hal jelas berjalan dengan baik, tetapi kadang-kadang bisa berjalan terlalu baik. Jadi Anda merasa seperti Anda bisa melakukan apa saja dengan bola dan Anda bisa sedikit lebih maju," kata Ruud, seperti disiarkan ATP.
"Saya rasa saya tidak melakukannya saat melakukan servis untuk itu pertama kali. Andrey melakukan pengembalian yang bagus, agresif dengan pukulan forehand. Tentu saja, Anda cenderung sedikit ragu."
"Beruntung bagi saya, saya terlepas dari itu pada 5-4 dan melakukan servis dengan bola baru, jadi itu sangat membantu. Saya tahu bahwa saya memiliki jeda cadangan. Saya tidak terlalu stres. Semuanya berjalan sesuai keinginan saya hari ini."
Rublev mempertahankan fokusnya untuk meraih kemenangan krusial tiga set round-robin melawan Stefanos Tsitsipas pada Jumat malam, tetapi unggulan keenam itu tidak dapat mengulang penampilannya ketika berhadapan dengan Ruud yang melaju ke final pada penampilan keduanya di ATP Finals.
Kemenangan tersebut juga menjadi kemenangan kedua Ruud melawan Rublev dalam lima pertemuam Head2Head ATP. Satu-satunya kemenangan sebelumnya juga terjadi di Turin, kemenangan tiga set babak round-robin pada 2021.
"Saya mendapat beberapa pukulan bagus dari Andrey, jadi senang membalas dendam dari itu," ujar Ruud.
"Dan kami belum pernah bermain sejak di sini tahun lalu. Saya tidak akan terlalu terburu-buru, tapi saya kira saya memiliki hal yang baik melawan dia di Turin."
Ruud akan menjadi orang Skandinavia pertama yang memperebutkan gelar ATP Finals setelah petenis Swedia Stefan Edberg pada 1990.
Jika dia mengalahkan Djokovic dan merebut gelar, petenis berusia 23 tahun itu akan melewati Rafael Nadal untuk mengakhiri tahun sebagai peringkat No.2 ATP. Namun, dia sadar tentang tantangan berat yang ada di depannya.
"Dia pemain yang tidak memiliki banyak kelemahan sama sekali," kata Ruud mengenai Djokovic.
"Tapi dia manusia. Dia mengalami tahun yang luar biasa... Tapi dia manusia. Dia kalah dua minggu lalu dari Rune di final (Rolex Paris Masters)."
"Ini tidak seperti dia memainkan final ini setiap hari dalam karirnya, dalam hidupnya. Saya yakin dia juga akan merasakan sedikit tekanan. Ada banyak hal yang dipertaruhkan," ujar Ruud.
"(Dalam Peringkat ATP Pepperstone), saya mungkin di depannya, tapi saya merasa seperti underdog. Dia telah memenangi turnamen ini lima kali dan saya telah melihat semuanya di TV, betapa hebatnya dia bermain," ia menambahkan.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ruud bukukan pertemuan dengan Djokovic di final ATP Finals
Ruud memukul bola dengan konsisten pada saat-saat krusial ketika dia mengonversi empat break point untuk meraih kemenangan.
Satu-satunya kesalahan bagi juara Buenos Aires, Jenewa, dan Gstaad itu terjadi pada kedudukan 5-2 pada set kedua, ketika dia kehilangan servisnya, tetapi dia bertahan untuk mengunci kemenangannya hanya dalam waktu 69 menit.
"Kadang-kadang sulit karena hal-hal jelas berjalan dengan baik, tetapi kadang-kadang bisa berjalan terlalu baik. Jadi Anda merasa seperti Anda bisa melakukan apa saja dengan bola dan Anda bisa sedikit lebih maju," kata Ruud, seperti disiarkan ATP.
"Saya rasa saya tidak melakukannya saat melakukan servis untuk itu pertama kali. Andrey melakukan pengembalian yang bagus, agresif dengan pukulan forehand. Tentu saja, Anda cenderung sedikit ragu."
"Beruntung bagi saya, saya terlepas dari itu pada 5-4 dan melakukan servis dengan bola baru, jadi itu sangat membantu. Saya tahu bahwa saya memiliki jeda cadangan. Saya tidak terlalu stres. Semuanya berjalan sesuai keinginan saya hari ini."
Rublev mempertahankan fokusnya untuk meraih kemenangan krusial tiga set round-robin melawan Stefanos Tsitsipas pada Jumat malam, tetapi unggulan keenam itu tidak dapat mengulang penampilannya ketika berhadapan dengan Ruud yang melaju ke final pada penampilan keduanya di ATP Finals.
Kemenangan tersebut juga menjadi kemenangan kedua Ruud melawan Rublev dalam lima pertemuam Head2Head ATP. Satu-satunya kemenangan sebelumnya juga terjadi di Turin, kemenangan tiga set babak round-robin pada 2021.
"Saya mendapat beberapa pukulan bagus dari Andrey, jadi senang membalas dendam dari itu," ujar Ruud.
"Dan kami belum pernah bermain sejak di sini tahun lalu. Saya tidak akan terlalu terburu-buru, tapi saya kira saya memiliki hal yang baik melawan dia di Turin."
Ruud akan menjadi orang Skandinavia pertama yang memperebutkan gelar ATP Finals setelah petenis Swedia Stefan Edberg pada 1990.
Jika dia mengalahkan Djokovic dan merebut gelar, petenis berusia 23 tahun itu akan melewati Rafael Nadal untuk mengakhiri tahun sebagai peringkat No.2 ATP. Namun, dia sadar tentang tantangan berat yang ada di depannya.
"Dia pemain yang tidak memiliki banyak kelemahan sama sekali," kata Ruud mengenai Djokovic.
"Tapi dia manusia. Dia mengalami tahun yang luar biasa... Tapi dia manusia. Dia kalah dua minggu lalu dari Rune di final (Rolex Paris Masters)."
"Ini tidak seperti dia memainkan final ini setiap hari dalam karirnya, dalam hidupnya. Saya yakin dia juga akan merasakan sedikit tekanan. Ada banyak hal yang dipertaruhkan," ujar Ruud.
"(Dalam Peringkat ATP Pepperstone), saya mungkin di depannya, tapi saya merasa seperti underdog. Dia telah memenangi turnamen ini lima kali dan saya telah melihat semuanya di TV, betapa hebatnya dia bermain," ia menambahkan.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ruud bukukan pertemuan dengan Djokovic di final ATP Finals