Jakarta (ANTARA) - Bulan November menjadi waktu yang tersibuk bagi Indonesia sepanjang tahun ini, dengan persiapan acara puncak Presidensi G20 Indonesia, yaitu Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali, Indonesia menerima estafet keketuaan ASEAN untuk 2023.

Di tengah kesibukan menjelang KTT G20, pada pertengahan November lalu Presiden Joko Widodo bertolak ke Phnom Penh, Kamboja untuk menghadiri KTT ASEAN sekaligus menerima estafet kepimpinan untuk ASEAN 2023 pada akhir sidang. Secara simbolis Presiden Jokowi menerima palu dari Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, tanda bahwa secara resmi Indonesia menjadi Ketua ASEAN 2023.

Sebagai Ketua ASEAN 2023, Indonesia berkomitmen menjadikan wilayah ASEAN sebagai pusat pertumbuhan. Presiden Jokowi dalam pidato saat upacara penutupan KTT ASEAN secara jelas mengatakan ASEAN harus menjadi kawasan yang damai dan jangka bagi stabilitas global.

Pada saat menghadiri KTT ASEAN di Kamboja yang sama, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengumumkan strategi terbaru mereka untuk kawasan Indo-Pasifik yang berpusat pada kebebasan, kedamaian, dan kesejahteraan.

Presiden Yoon, seperti diberitakan kantor berita Korea Selatan Yonhap pada November, mengatakan bahwa tujuan itu bisa dicapai melalui solidaritas dan kerja sama dengan ASEAN dan juga negara besar lainnya.

Indonesia, sebagai anggota ASEAN dan negara terbesar di kawasan itu, akan menjadi salah satu negara yang akan bekerja sama dengan Korea Selatan untuk strategi mereka di Indo-Pasifik.

Diplomat di Kedutaan Besar Korea Selatan di Jakarta Choi Shin-hye, saat berdiskusi dengan jurnalis peserta Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea, mengatakan berdasarkan strategi baru mereka untuk Indo-Pasifik adalah jelas bahwa mereka akan bekerja sama dengan negara-negara ASEAN.

"ASEAN adalah mitra utama Korea Selatan dalam strategi kami di kawasan Indo-Pasifik. Oleh karena itu, kami sangat ingin bekerja sama lebih kuat lagi dengan negara ASEAN, terutama Indonesia," kata Choi.

Strategi Indo-Pasifik Korea Selatan

Dalam strategi untuk kawasan Indo-Pasifik, Korea Selatan berkomitmen untuk menjalin kerja sama dengan setiap kawasan, menyesuaikan dengan karakteristik mereka. Di kawasan ASEAN, Korea Selatan berkomitmen memperkuat kerja sama antara lain dalam bidang politik, keamanan, ekonomi, sosial dan budaya.

Secara umum, strategi Korea Selatan di Indo-Pasifik berada di sembilan area prioritas, yaitu membentuk tatanan kawasan Indo-Pasifik berdasarkan aturan dan norma bersama; mendukung hak asasi manusia; meningkatkan upaya nonproliferasi dan kontraterorisme; meningkatkan kerja sama keamanan yang komprehensif; dan memperluas jaringan keamanan ekonomi.

"Korea akan bekerja sama dalam mendirikan sistem peringatan untuk disrupsi rantai pasokan global dan bergabung dengan inisiatif regional untuk membangun tatanan ekonomi yang terbuka dan dinamis," kata Choi menjelaskan apa rencana Korea Selatan untuk memperluas jaringan keamanan ekonomi.

Strategi Indo-Pasifik Korea Selatan juga memberikan prioritas pada dukungan terhadap kerja sama sains dan teknologi; kerja sama kawasan untuk perubahan iklim dan ketahanan energi; dukungan terhadap kemitraan kerja sama pembangunan yang disesuaikan; dan fasilitasi pemahaman bersama dan pertukaran terutama untuk anak muda.

"Memanfaatkan daya tarik budaya Korea, kami akan melakukan diplomasi publik yang meningkatkan pertukaran budaya yang beragam di seluruh Indo-Pasifik," kata Choi.

Strategi baru Korea Selatan untuk Indo-Pasifik, menurut Penasihat Hubungan Politik dan Organisasi Internasional di Kedubes Republik Indonesia di Seoul, Riza Hera Wardhana, dinantikan oleh komunitas internasional salah satunya karena mereka baru saja memiliki Presiden baru pada pertengahan tahun ini.

"Dan juga karena berkaitan dengan negara-negara tertentu, terutama Indonesia," kata Riza.

Kerja sama dengan Indonesia

Kebijakan baru Indo-Pasifik dari Korea Selatan membuka peluang kerja sama dengan ASEAN dan Indonesia. Indonesia tentu punya peran yang penting dalam hal ini karena memiliki hubungan bilateral yang terjalin lama dengan Korea Selatan dan menjabat sebagai Ketua ASEAN pada 2023.

"Ada banyak ketertarikan yang sama di antara dua negara," kata Riza.

Salah satu yang perlu dilakukan adalah memperkuat "soft diplomacy", diplomasi melalui pendekatan sosial dan budaya, yang selama ini sudah terjalin. Menurut Riza, adalah penting bagi masyarakat yang tinggal di kawasan Indo-Pasifik untuk memahami bahwa perdamaian dan stabilitas diperlukan untuk kehidupan mereka.

Riza juga melihat bahwa paham politik bebas aktif yang selama ini dianut Indonesia bisa diterapkan untuk berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.

Di mata Korea Selatan, kerja sama dengan Indonesia untuk Indo-Pasifik terbuka pada kesembilan area prioritas itu, terutama pada area yang juga dipandang penting oleh Indonesia seperti kontraterorisme dan kerja sama yang komprehensif dalam bidang keamanan, khususnya pada keamanan siber dan maritim.

Choi menilai Indonesia dan Korea Selatan bisa memperkuat kerja sama dalam bidang sains dan teknologi, apalagi Indonesia sangat menaruh perhatian pada transformasi digital, yang juga menjadi salah satu isu pada Presidensi G20 Indonesia.

"Kita bisa memulai dari area-area yang memiliki persamaan itu, lalu memperluas kerja sama," kata Choi.

Pandangan bersama dan kerja sama yang lebih kuat antara Indonesia dengan Korea Selatan soal Indo-Pasifik sangat dinanti, apalagi hubungan bilateral kedua negara akan berusia setengah abad pada 2023.

Tulisan ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Melihat kebijakan terbaru Korea Selatan untuk Indo-Pasifik

Pewarta : Natisha Andarningtyas
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024