Kupang (Antara News) - Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Nusa Tenggara Timur mendorong ibu hamil di daerah itu untuk melakukan pemeriksaan ke voluntary counseling and testing (VCT) yang tersedia, untuk mengetahui kemungkinan terinveksi HIV/Aids.

"Komisi Penanggulangan mulai tahun 2013 mendorong ibu hamil untuk melakukan Voluntary Counseling and Testing (VCT) untuk mengetahui apakah ibu dan janin itu mengidap HIV atau tidak," kata Sekretaris Eksekutif KPAD Provinsi NTT, dr Husein Pancratius di Kupang, Senin.

Dia mengatakan, pemeriksaan yang dilakukan oleh ibu hamil itu, dilakukan secara gratis dan sangat dirahasiakan hasilnya. Karena itu, ibu hamil diminta untuk tidak ragu-ragu mendatangi klinik VCT yang ada, untuk melakukan pemeriksaan dini.

Bicara HIV sama dengan fenomena gunung es, yang terlihat sedikit namun yang terinveksi terlampau banyak.

"Saya mau mengubah fenomena gunung es menjadi gunung yang sebenarnya supaya ibaratnya kalau terbang jangan tabrak gunung. Saya berusaha untuk menelanjangi gunung es menjadi gunung yang sebenarnya," ujarnya.

dr Pancratius mengaku, prihatin dengan kondisi di provinsi kepulauan itu, terhadap perkembangan penyakit yang disebabkan oleh virus yang terus meningkat.

Karena itu, KPAD NTT bertekad menggerakan semua komponen masyarakat peduli HIV supaya memiliki gerakan penanggulang bersama, khusunya bagi beresiko, termasuk ibu hamil.

Menurut dia, KPAD NTT berobsesi agar tidak ada lagi pengidap baru HIV. Artinya tidak ada lagi bayi lahir dengan HIV positif.

Dia mengatakan, pengidap baru HIV/Aids terdiri dari dua golongan, yaitu, pengidap karena baru ditemukan dari hasil pemeriksaan, juga karena benar-benar pengidap baru yang sesungguhnya, yaitu bayi yang baru dilahirkan.

"Kami ingin agar tidak ada lagi bayi yang lahir dari ibu positif HIV kemudian akan terus menyebar kepada orang lain ketika bayi itu menjadi dewasa," katanya.

Sebuah program yang dilakukan KPAD NTT, kata mantan Direktur RSU Prof Dr WZ Johanes Kupang itu, adalah dengan "prevention of mother to child transmition" (PMT) untuk mencegah tranmisi HIV dari ibu yang positif kepada bayi.

Dikatakannya, jika seorang ibu yang positif HIV waktu hamil dan menyusui minum Anti Retro Virus (ARV) maka tidak akan tertular kepada bayinya.

Selain itu, pola penanggulangan lainnya, dengan pola penerapan program revolusi Kesehatan Ibu Anak (KIA) selama proses kehamilan terkait komponen gizi, anemia dan lainnya termasuk pemeriksaan tes VCT untuk ibu hamil, sehingga jika positif HIV maka bisa segera dicegah dengan pemberian ARV agar tidak tularkan pada bayinya.

"Kita berharap semua pihak dapat mendorong upaya ini hingga berhasil, karena upaya ini akan sangat membantu generasi penerus bangsa ini," katan mantan Kepala Dinas Sosial Provinsi Nusa Tenggara Timur itu.(Editor : IK Sutika)


Pewarta : Yohanes Adrianus
Editor :
Copyright © ANTARA 2024