Makassar (ANTARA) - Ketua Umum terpilih Ikatan Alumni (IKA) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) Idrus Marham mengajak alumni dan para guru besar mendiskusikan sejumlah permasalahan bangsa untuk sama-sama mencari jalan keluar, termasuk pencegahan radikalisme.
"Untuk itu, kita tidak mau satu masalah yang bebas, kemudian itu dijadikan sebagai alat untuk memojokkan umat kita," papar Idrus di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu.
Ia menggagas beberapa program digagas sebagai upaya memecahkan sejumlah masalah keagamaan dan kebangsaan, mengingat UINAM mempunyai banyak akademisi dan alumni yang berkompeten untuk membantu mencari solusi.
"Untuk itu, pemikiran-pemikiran akademisi maupun alumni ini, nantinya dikolaborasi lalu dituangkan dalam jurnal, kemudian didiskusikan bersama dengan nara sumbernya yang berkompeten di dalam penulisan jurnal tersebut," katanya.
Sebab, terkadang banyak orang hanya tahu berbicara tapi tidak tahu akar masalahnya, karena tidak memiliki kompetensi. Sebagai perguruan tinggi Islam, maka pihaknya dapat mengambil bagian ikut membantu pemerintah serta umat melalui gagasan maupun pemikirannya.
"Dalam waktu tiga bulan ke depan, kami sudah terbitkan jurnal berisi pemikiran dari para profesor, serta alumni. Ini semua merespons perkembangan pemikiran keagamaan dan kebangsaan yang ada, termasuk di antaranya persoalan radikalisme," papar Idrus.
Mantan Menteri Sosial ini menjelaskan, permasalahan keagamaan maupun kebangsaan seperti isu radikalisme, isu politik identitas tidak boleh dibiarkan bebas, sebab dikhawatirkan bisa dijadikan alat memojokkan umat Islam.
"Disini nanti peran yang kita inginkan dimunculkan dari IKA. Kita diskusikan, kalau ada apa-apa, masalah kan tadi sudah jelas, politik identitas dan identitas politik, mana boleh di masjid, mana tidak boleh, sama dengan masalah radikalisme. Nanti kita coba diskusikan bersama," paparnya.
Menurut politisi senior Partai Golkar ini, saat ini perlu ditelaah seberapa jauh kurikulum mampu merespons dinamika masyarakat yang ada, sekaligus mampu mengakomodasi kearifan lokal yang ada. Kalau ini tidak bisa dilakukan maka alumni-alumni yang ada akan menjadi stagnan.
"Hal kedua, nanti kita coba dorong oleh pak rektor menciptakan suasana kehidupan kampus yang mengedepankan huru hara wacana atau perdebatan konseptual, ide dan gagasan yang menjadi instrumen. Kita ingin nanti kampus UIN ribut pikiran serta ribut karena gagasan," katanya.
Anggota DPR RI periode 2009-2014 ini menambahkan, hal itu penting sebab kuncinya ada pada pendekatan metodologi berfikir apa yang harus diajarkan sejak awal untuk mahasiswa Strata Satu (S1) sehingga wacana huru hara gagasan dan ide.
Sebelumnya, Idrus Marham terpilih secara aklamasi dengan meraih 61 suara dari cabang dan daerah memimpin IKA UINAM menggantikan Prof Ahmad Thib Raya.
Dalam rangkaian Musyawarah Besar (Mubes) ke-5 itu, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan HAM (Menko Polhukam) Prof Mahfud MD turut hadir saat malam silaturahmi keluarga besar UINAM di Sultan Alauddin Hotel dan Convention Makassar.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ketua IKA UINAM ajak alumni diskusikan pencegahan radikalisme
"Untuk itu, kita tidak mau satu masalah yang bebas, kemudian itu dijadikan sebagai alat untuk memojokkan umat kita," papar Idrus di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu.
Ia menggagas beberapa program digagas sebagai upaya memecahkan sejumlah masalah keagamaan dan kebangsaan, mengingat UINAM mempunyai banyak akademisi dan alumni yang berkompeten untuk membantu mencari solusi.
"Untuk itu, pemikiran-pemikiran akademisi maupun alumni ini, nantinya dikolaborasi lalu dituangkan dalam jurnal, kemudian didiskusikan bersama dengan nara sumbernya yang berkompeten di dalam penulisan jurnal tersebut," katanya.
Sebab, terkadang banyak orang hanya tahu berbicara tapi tidak tahu akar masalahnya, karena tidak memiliki kompetensi. Sebagai perguruan tinggi Islam, maka pihaknya dapat mengambil bagian ikut membantu pemerintah serta umat melalui gagasan maupun pemikirannya.
"Dalam waktu tiga bulan ke depan, kami sudah terbitkan jurnal berisi pemikiran dari para profesor, serta alumni. Ini semua merespons perkembangan pemikiran keagamaan dan kebangsaan yang ada, termasuk di antaranya persoalan radikalisme," papar Idrus.
Mantan Menteri Sosial ini menjelaskan, permasalahan keagamaan maupun kebangsaan seperti isu radikalisme, isu politik identitas tidak boleh dibiarkan bebas, sebab dikhawatirkan bisa dijadikan alat memojokkan umat Islam.
"Disini nanti peran yang kita inginkan dimunculkan dari IKA. Kita diskusikan, kalau ada apa-apa, masalah kan tadi sudah jelas, politik identitas dan identitas politik, mana boleh di masjid, mana tidak boleh, sama dengan masalah radikalisme. Nanti kita coba diskusikan bersama," paparnya.
Menurut politisi senior Partai Golkar ini, saat ini perlu ditelaah seberapa jauh kurikulum mampu merespons dinamika masyarakat yang ada, sekaligus mampu mengakomodasi kearifan lokal yang ada. Kalau ini tidak bisa dilakukan maka alumni-alumni yang ada akan menjadi stagnan.
"Hal kedua, nanti kita coba dorong oleh pak rektor menciptakan suasana kehidupan kampus yang mengedepankan huru hara wacana atau perdebatan konseptual, ide dan gagasan yang menjadi instrumen. Kita ingin nanti kampus UIN ribut pikiran serta ribut karena gagasan," katanya.
Anggota DPR RI periode 2009-2014 ini menambahkan, hal itu penting sebab kuncinya ada pada pendekatan metodologi berfikir apa yang harus diajarkan sejak awal untuk mahasiswa Strata Satu (S1) sehingga wacana huru hara gagasan dan ide.
Sebelumnya, Idrus Marham terpilih secara aklamasi dengan meraih 61 suara dari cabang dan daerah memimpin IKA UINAM menggantikan Prof Ahmad Thib Raya.
Dalam rangkaian Musyawarah Besar (Mubes) ke-5 itu, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan HAM (Menko Polhukam) Prof Mahfud MD turut hadir saat malam silaturahmi keluarga besar UINAM di Sultan Alauddin Hotel dan Convention Makassar.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ketua IKA UINAM ajak alumni diskusikan pencegahan radikalisme