Jakarta (ANTARA) - Sejumlah kota di Filipina, termasuk ibu kota Manila, pada Senin diguncang aksi mogok yang dilancarkan para sopir dan pemilik angkutan kota yang di Filipina terkenal dengan sebutan "jeepney". Aksi mogok kerja ini membuat ribuan pengguna angkutan umum terlantar di banyak kota di Filipina.
Menurut laman The Straits Times, dalam unjuk rasa yang akan berlangsung selama tujuh hari mulai Senin 6 Maret ini, para sopir dan pemilik jeepney memprotes kebijakan peremajaan angkutan umum yang diterapkan Pemerintah Filipina.
Sejak diperkenalkan pada 2017, Pemerintah Filipina menerapkan program modernisasi jeepney dengan mewajibkan jeepney berusia 15 tahun ke atas harus diganti dengan kendaraan impor berbahan bakar diesel Euro-4 atau listrik, demi menurunkan tingkat emisi karbon di berbagai kota Filipina.
Sopir dan operator jeepney juga diharuskan membentuk koperasi atau korporasi dengan armada minimal 15 jeepney yang sudah dipermodern. Jika, tak mau mengikuti aturan ini, maka para sopir dan pemilik jeepney tak boleh beroperasi.
Situasi ini mendorong sopir dan pemilik jeepney menggelar mogok kerja karena menolak kebijakan yang dianggap tidak pro kepada nasib mereka.
Pada hari pertama aksi mogok yang terjadi di Manila dan kota-kota sekitarnya itu Senin ini, 40.000 sopir jeepney menolak mengangkut penumpang, kata Mar Valbuena, kepala kelompok transportasi Manibela.
Untuk mencegah dampak buruk aksi ini, sejumlah sekolah dan kantor pemerintah serta swasta memutuskan beralih lewat sistem belajar dan kerja jarah jauh lewat internet.
Calon penumpang lainnya beralih ke angkutan online, baik itu taksi online maupun ojek online.
Pemerintah Filipina sendiri menawarkan tumpangan gratis di seluruh kota dan provinsi di negara ini. Sejumlah sopir jeepney sendiri masih mengangkut penumpang karena tak ingin kehilangan pendapatan.
Bagi beberapa calon penumpang lainnya, aksi mogok ini membuat mereka harus berlama-lama menunggu angkutan umum lainnya, seperti kendaraan roda tiga yang di Indonesia dikenal dengan bajay.
Calon penumpang pun harus mengeluarkan uang yang jumlahnya dua kali lipat dibandingkan dengan menggunakan jeepney.
Ongkos menaiki jeepney bisa seharga 12 peson, tetapi tarif "bajay" Filipina bisa dua kali lipatnya.
"Hari ini sulit sekali mendapatkan tumpangan, tetapi saya setuju dengan mogok kerja ini. Pemerintah tak boleh menyingkirkan jeepney karena penggantinya terlalu mahal," kata Jaime Maramag, pengemudi truk berusia 56 tahun yang harus menunggu angkutan umum selama 30 menit di Quezon City.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Filipina diguncang mogok kerja sopir angkot
Menurut laman The Straits Times, dalam unjuk rasa yang akan berlangsung selama tujuh hari mulai Senin 6 Maret ini, para sopir dan pemilik jeepney memprotes kebijakan peremajaan angkutan umum yang diterapkan Pemerintah Filipina.
Sejak diperkenalkan pada 2017, Pemerintah Filipina menerapkan program modernisasi jeepney dengan mewajibkan jeepney berusia 15 tahun ke atas harus diganti dengan kendaraan impor berbahan bakar diesel Euro-4 atau listrik, demi menurunkan tingkat emisi karbon di berbagai kota Filipina.
Sopir dan operator jeepney juga diharuskan membentuk koperasi atau korporasi dengan armada minimal 15 jeepney yang sudah dipermodern. Jika, tak mau mengikuti aturan ini, maka para sopir dan pemilik jeepney tak boleh beroperasi.
Situasi ini mendorong sopir dan pemilik jeepney menggelar mogok kerja karena menolak kebijakan yang dianggap tidak pro kepada nasib mereka.
Pada hari pertama aksi mogok yang terjadi di Manila dan kota-kota sekitarnya itu Senin ini, 40.000 sopir jeepney menolak mengangkut penumpang, kata Mar Valbuena, kepala kelompok transportasi Manibela.
Untuk mencegah dampak buruk aksi ini, sejumlah sekolah dan kantor pemerintah serta swasta memutuskan beralih lewat sistem belajar dan kerja jarah jauh lewat internet.
Calon penumpang lainnya beralih ke angkutan online, baik itu taksi online maupun ojek online.
Pemerintah Filipina sendiri menawarkan tumpangan gratis di seluruh kota dan provinsi di negara ini. Sejumlah sopir jeepney sendiri masih mengangkut penumpang karena tak ingin kehilangan pendapatan.
Bagi beberapa calon penumpang lainnya, aksi mogok ini membuat mereka harus berlama-lama menunggu angkutan umum lainnya, seperti kendaraan roda tiga yang di Indonesia dikenal dengan bajay.
Calon penumpang pun harus mengeluarkan uang yang jumlahnya dua kali lipat dibandingkan dengan menggunakan jeepney.
Ongkos menaiki jeepney bisa seharga 12 peson, tetapi tarif "bajay" Filipina bisa dua kali lipatnya.
"Hari ini sulit sekali mendapatkan tumpangan, tetapi saya setuju dengan mogok kerja ini. Pemerintah tak boleh menyingkirkan jeepney karena penggantinya terlalu mahal," kata Jaime Maramag, pengemudi truk berusia 56 tahun yang harus menunggu angkutan umum selama 30 menit di Quezon City.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Filipina diguncang mogok kerja sopir angkot