Mamuju (ANTARA Sulbar) - Warga Topadang Kurungan Bassi Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, menggelar acara ritual adat "Malliha Tampo" diawali prosesi penyembelihan seekor kerbau sebagai tanda pembersihan diri dan alam dengan memanjatkan permohonan kepada Sang Pencipta.

Tokoh Adat Topadang Mamuju, Haji Syamsuddin di sela acara tersebut di Mamuju, Senin, menyampaikan, ritual adat Malliha Tampo merupakan media permohonan doa kepada Sang Pencipta untuk membersihkan tanah atau alam yang selama ini dikotori oleh manusia.

"Ini merupakan ritual yang rutin kami laksanakan. Harapannya tentu tak lain agar tanah yang menjadi pijakan manusia ini dapat menjadi bersih, subur dan memberikan manfaat bagi seluruh ummat manusia serta masyarakat dapat diberikan kesejahtraan dan kesehatan agar dapat menjalankan ibadah dengan sebaik-baiknya," katanya.

Prosesi penyembelihan seekor kerbau tersebut dilanjutkan pemenggalan bagian kepala dan salah satu kaki hewan ternak tersebut untuk diletakkan di suatu tempat dengan posisi sesuai bentuknya yang memiliki makna mendalam.

"Kepala kerbau yang dipenggal diletakkan di atas sementara bagian kaki berada di bawah. Hal itu mengandung makna bahwa kepala kerbau berada di atas sebagai simbol dan saksi doa kepada Allah Swt yang dipanjatkan ke langit tujuh susun sedangkan kaki kerbau menjuntai ke bawah melambangkan sebagai saksi doa yang dipanjatkan kepada pencipta dengan saksi tanah tujuh lapis," katanya menjelaskan.

Hal lain yang juga tidak kalah menarik dalam prosesi ritual, kata dia, dengan ditampilkannya sejumlah hiburan tradisional seperti tarian Sahuhang dan olah raga Pencak Silat khas daerah Manakarra.

Di tempat yang sama, Bupati Mamuju Drs. H.Suhardi Duka, mengharapkan agar tiap pelaksanaan acara adat serupa tidak hanya sebatas seremoni kegiatannya saja namun lebih diutamakan agar masyarakat khususnya generasi muda dapat memperoleh dan memahami nilai filosofi atau pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya.

"Jadi para orang tua kita harus memberikan pemahaman kepada anak muda tentang makna yang terkandung dalam kegiatan tersebut," kata Suhardi Duka.

Ia berharap kegiatan budaya yang dilakukan hendaknya tidak menggiring masyarakat menjadi syirik.

"Kegiatan seperti ini jangan diartikan bahwa kita menyembah sesuatu karena itu akan bertentangan dengan syariat Islam. Saya mengajak agar kita tetap menghargai prosesi adat leluluhur seperti saat ini guna mempersatukan dan memepererat tali silaturahmi antarsesama," ungkap Suhardi. T Susilo

Pewarta : Aco Ahmad
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024