Makassar (ANTARA) - Dinas Sosial Kota Makassar, Sulawesi Selatan mengintensifkan pemantauan terhadap anak jalanan, gelandangan, dan pengemis yang kian merajalela di sejumlah tempat strategis di kabupaten tersebut.

"Salah satu cara yang dilakukan pengemis dan anak jalanan di lapangan adalah dengan menggunakan kostum wayang badut atau menjadi manusia perak," kata Pj Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsos Suhartiny Kota Makassar di Makassar, Kamis.

Dikatakannya, fenomena di bidang modeling adalah mengemis dengan menggunakan boneka badut atau melukis dirinya dengan warna perak seperti patung manusia.

Kondisi itu diakui memprihatinkan, karena rata-rata yang turun ke jalan adalah anak-anak usia sekolah.

Terkait hal itu, pihaknya intensif melakukan pengawasan dan penertiban di sejumlah titik di Kota Makassar, seperti jalan protokol yang ramai antara lain Jalan Boulevard, Jalan Pengayoman, Jalan Pettarani, dan Jalan Abdullah Dg Sirua.

Selain itu, simpang Jalan Veteran Masjid Raya, Monginsidi-Jenderal Sudirman dan simpang lima bandara.

Akhir pekan lalu, Dinsos menerjunkan tim reaksi cepat (TRC) untuk memantau dan menertibkan anak jalanan, gelandangan, dan pengemis di sejumlah ruas jalan.

Dari hasil penggeledahan, sejumlah anak usia sekolah yang menggunakan kostum badut berjaring beraksi di jalanan.

“Anak-anak tersebut kemudian dibawa ke Trauma Shelter Center (RPTC) yang terletak di Jalan Abdullah Dg Sirua untuk mendapatkan pembinaan dan pendampingan, agar tidak turun ke jalan lagi,” ujarnya.
.
Sedangkan di RPTC, anak-anak yang tertangkap kemudian didata dan dilatih untuk kembali bersekolah, sedangkan dari hasil pendataan diketahui seorang anak bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 800 ribu per hari.

 

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Redaktur Makassar
Copyright © ANTARA 2024