Makassar (ANTARA) - Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bone, Sulsel, melaksanakan pertemuan monitoring dan evaluasi (monev) tenaga pendamping gizi desa program aksi stop stunting, Jumat.
Ada tiga kecamatan yang menjadi Desa Lokus Aksi Stop Stunting Kabupaten Bone, yakni Kecamatan Tanete Riattang, Kecamatan Ajangale, dan Kecamatan Sibulue.
Kepala Dinas Kesehatan Bone A Nurminah menyebutkan persoalan kesehatan masih banyak belum mencapai target sehingga harus bekerja lebih keras.
“Permasalahan ke depan masih banyak pekerjaan rumah di bidang kesehatan, ada persoalan gizi buruk, yang harus diselesaikan demi terwujudnya generasi emas 2045,” kata Kadis Kesehatan.
“Pemerintah provinsi dan kabupaten bertekad meningkatkan sumber daya manusia, ini investasi terbesar menciptakan generasi sehat produktif, generasi andalan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bappeda Bone Ade Fariq Ashar menuturkan progres percepatan penurunan stunting kabupaten Bone terus dilakukan.
Program percepatan penurunan stunting merupakan program nasional yang menjadi program prioritas dan wajib.
“Dalam evaluasi beberapa waktu lalu, di Sulsel, ada 12 kabupaten yang kasus stuntingnya naik dan 12 kabupaten turun, termasuk Bone. Tahun 2023 angka stunting Bone 26,8 persen, angka stunting kita mau turun hingga 14 persen nasional sesuai target RPJMD,” kata Ade Fariq.
Oleh karena itu, Ade Fariq mengajak semua pihak untuk gotong royong persoalan percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bone.
“Jadi tolong, namanya stunting, bukan miliknya Dinkes, Bappeda, BKKBN semata, tetapi milik kita semua, saya mengusulkan untuk alat ukur ke depan, kita harus duduk bareng, penyuluh gizi, pendamping BKKBN, pendamping desa semuanya,” ujarnya.
Hadir pula Camat Tanete Riattang A Kumala Dewi, Camat Ajangale H. Amirat, dan Sekcam Sibulue A Habibie, perwakilan OPD, dan tenaga pendamping gizi.
Dalam kesempatan itu, dilaksanakan juga penyerahan nutrisi gizi dan alat kerja ke desa lokus stunting.*
Ada tiga kecamatan yang menjadi Desa Lokus Aksi Stop Stunting Kabupaten Bone, yakni Kecamatan Tanete Riattang, Kecamatan Ajangale, dan Kecamatan Sibulue.
Kepala Dinas Kesehatan Bone A Nurminah menyebutkan persoalan kesehatan masih banyak belum mencapai target sehingga harus bekerja lebih keras.
“Permasalahan ke depan masih banyak pekerjaan rumah di bidang kesehatan, ada persoalan gizi buruk, yang harus diselesaikan demi terwujudnya generasi emas 2045,” kata Kadis Kesehatan.
“Pemerintah provinsi dan kabupaten bertekad meningkatkan sumber daya manusia, ini investasi terbesar menciptakan generasi sehat produktif, generasi andalan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bappeda Bone Ade Fariq Ashar menuturkan progres percepatan penurunan stunting kabupaten Bone terus dilakukan.
Program percepatan penurunan stunting merupakan program nasional yang menjadi program prioritas dan wajib.
“Dalam evaluasi beberapa waktu lalu, di Sulsel, ada 12 kabupaten yang kasus stuntingnya naik dan 12 kabupaten turun, termasuk Bone. Tahun 2023 angka stunting Bone 26,8 persen, angka stunting kita mau turun hingga 14 persen nasional sesuai target RPJMD,” kata Ade Fariq.
Oleh karena itu, Ade Fariq mengajak semua pihak untuk gotong royong persoalan percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bone.
“Jadi tolong, namanya stunting, bukan miliknya Dinkes, Bappeda, BKKBN semata, tetapi milik kita semua, saya mengusulkan untuk alat ukur ke depan, kita harus duduk bareng, penyuluh gizi, pendamping BKKBN, pendamping desa semuanya,” ujarnya.
Hadir pula Camat Tanete Riattang A Kumala Dewi, Camat Ajangale H. Amirat, dan Sekcam Sibulue A Habibie, perwakilan OPD, dan tenaga pendamping gizi.
Dalam kesempatan itu, dilaksanakan juga penyerahan nutrisi gizi dan alat kerja ke desa lokus stunting.*