Makassar (ANTARA) - Harga beras di sejumlah pasar dan swalayan terus bergerak naik di Kota Makassar dan sekitarnya.
"Harga beras terus bergerak naik dari harga normal Rp9.450 per kilogram, berangsur naik menjadi Rp10.000 per kg, lalu kini menembus Rp11.000 per kg," kata salah seorang pedagang, Mustafa di Pasar Pamos di Jl Tanjung Bunga, Sambung Jawa, Mamajang, Makassar, Rabu.
Menurut dia, kondisi itu cukup memberatkan pedagang karena harus menambah modal untuk menambah pasokan, karena stok beras dari distributor semakin terbatas dan harganya makin naik.
Alasannya, lanjut dia, karena sebagian besar daerah produsen beras di Sulsel sudah mulai memasuki musim kemarau dan belum memasuki musim panen.
Harga beras yang bergerak naik juga diakui pedagang beras di Pasar Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Muliadi.
Dia mengatakan, selama ini suplai beras diperoleh dari Kabupaten Sidrap dan Pinrang. Namun belakangan ini kiriman stok berkurang, seiring dengan dalam bulan ini bukan masa panen.
Kenaikan harga beras yang terpengaruh dari produksi pangan beras itu menurut Kepala Dinas TPH BUN Sulsel Imran Jauzi, pihaknya sudah melakukan pemetaan di sektor pertanian.
"Dinas TPH BUN Sulsel telah menetapkan tiga kabupaten yang masuk kategori zona merah dengan diindikasi rawan dan sangat terdampak kekeringan, sehingga produksinya minim," katanya.
Ketiga zona merah itu yang terancam sektor pertaniannya di musim kemarau tahun ini adalah Kabupaten Bone, Soppeng dan Wajo.
Penetapan zona ini dilatarbelakangi pada data riwayat area pertanian 3 hingga 5 tahun yang lalu, jika pernah mengalami kekeringan di musim kemarau. Utamanya dengan luas kekeringan lebih dari 5.000 hektare.
"Harga beras terus bergerak naik dari harga normal Rp9.450 per kilogram, berangsur naik menjadi Rp10.000 per kg, lalu kini menembus Rp11.000 per kg," kata salah seorang pedagang, Mustafa di Pasar Pamos di Jl Tanjung Bunga, Sambung Jawa, Mamajang, Makassar, Rabu.
Menurut dia, kondisi itu cukup memberatkan pedagang karena harus menambah modal untuk menambah pasokan, karena stok beras dari distributor semakin terbatas dan harganya makin naik.
Alasannya, lanjut dia, karena sebagian besar daerah produsen beras di Sulsel sudah mulai memasuki musim kemarau dan belum memasuki musim panen.
Harga beras yang bergerak naik juga diakui pedagang beras di Pasar Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Muliadi.
Dia mengatakan, selama ini suplai beras diperoleh dari Kabupaten Sidrap dan Pinrang. Namun belakangan ini kiriman stok berkurang, seiring dengan dalam bulan ini bukan masa panen.
Kenaikan harga beras yang terpengaruh dari produksi pangan beras itu menurut Kepala Dinas TPH BUN Sulsel Imran Jauzi, pihaknya sudah melakukan pemetaan di sektor pertanian.
"Dinas TPH BUN Sulsel telah menetapkan tiga kabupaten yang masuk kategori zona merah dengan diindikasi rawan dan sangat terdampak kekeringan, sehingga produksinya minim," katanya.
Ketiga zona merah itu yang terancam sektor pertaniannya di musim kemarau tahun ini adalah Kabupaten Bone, Soppeng dan Wajo.
Penetapan zona ini dilatarbelakangi pada data riwayat area pertanian 3 hingga 5 tahun yang lalu, jika pernah mengalami kekeringan di musim kemarau. Utamanya dengan luas kekeringan lebih dari 5.000 hektare.