Makassar (ANTARA) - PT Permodalan Nasional Madani (PNM) menargetkan penyaluran pinjaman tahun ini bisa mencapai Rp70 triliun, setelah sebelumnya terjadi peningkatan pinjaman ultra mikro sejak pandemi COVID-19.
Direktur Utama PNM Arief Mulyadi di Makassar, Jumat, mengatakan target penyaluran pinjaman Rp70 triliun optimis diraih tahun ini.
"Kalau kita berkaca tahun 2021 itu penyaluran kita sekitar Rp49 triliun, kemudian meningkat di tahun 2022 menjadi Rp64 triliun dan tahun ini ditarget tersalur Rp70 triliun," ujarnya.
Arief menjelaskan beberapa upaya telah disiapkan untuk mencapai target tersebut, salah satunya dengan mendorong nasabah program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) untuk naik kelas.
Ia mengaku angka tersebut merupakan target minimal yang berarti PNM bisa berpeluang mencapai target lebih dari itu.
"Jika di masa pandemi COVID-19 saja mereka bisa berjuang, apalagi sekarang. Peningkatannya cukup besar dan angka Rp70 triliun itu adalah target minimal kita," katanya.
Menurut dia, di kondisi pandemi COVID-19 yang terjadi beberapa tahun belakang justru semakin banyak pelaku ultra mikro. Mengingat, pekerja di sektor formal sedikit terganggu di masa-masa itu.
Terlebih, saat ini PNM juga memberikan pembiayaan di semua sektor tanpa melakukan pembagian. Mengingat, tujuan utamanya adalah memperluas kesempatan masyarakat untuk mendapatkan pembiayaan.
Untuk nasabah sendiri hingga saat ini sudah mencapai lebih dari 14 juta nasabah yang memiliki tabungan Simpedes ultra mikro.
Sebelum pandemi, kata dia, jumlah nasabah hanya sekitar 6 jutaan dan setelah PNM bergabung dengan holding beberapa perbankan seperti BRI serta Pegadaian, jumlah nasabah terus bertambah yang hingga saat ini mencapai 14 juta lebih.
"Sebelum pandemi itu nasabah hanya 6 juta dan sekarang 14 juta. Artinya ada peningkatan lebih dari 8 juta," ucapnya.
Direktur Utama PNM Arief Mulyadi di Makassar, Jumat, mengatakan target penyaluran pinjaman Rp70 triliun optimis diraih tahun ini.
"Kalau kita berkaca tahun 2021 itu penyaluran kita sekitar Rp49 triliun, kemudian meningkat di tahun 2022 menjadi Rp64 triliun dan tahun ini ditarget tersalur Rp70 triliun," ujarnya.
Arief menjelaskan beberapa upaya telah disiapkan untuk mencapai target tersebut, salah satunya dengan mendorong nasabah program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) untuk naik kelas.
Ia mengaku angka tersebut merupakan target minimal yang berarti PNM bisa berpeluang mencapai target lebih dari itu.
"Jika di masa pandemi COVID-19 saja mereka bisa berjuang, apalagi sekarang. Peningkatannya cukup besar dan angka Rp70 triliun itu adalah target minimal kita," katanya.
Menurut dia, di kondisi pandemi COVID-19 yang terjadi beberapa tahun belakang justru semakin banyak pelaku ultra mikro. Mengingat, pekerja di sektor formal sedikit terganggu di masa-masa itu.
Terlebih, saat ini PNM juga memberikan pembiayaan di semua sektor tanpa melakukan pembagian. Mengingat, tujuan utamanya adalah memperluas kesempatan masyarakat untuk mendapatkan pembiayaan.
Untuk nasabah sendiri hingga saat ini sudah mencapai lebih dari 14 juta nasabah yang memiliki tabungan Simpedes ultra mikro.
Sebelum pandemi, kata dia, jumlah nasabah hanya sekitar 6 jutaan dan setelah PNM bergabung dengan holding beberapa perbankan seperti BRI serta Pegadaian, jumlah nasabah terus bertambah yang hingga saat ini mencapai 14 juta lebih.
"Sebelum pandemi itu nasabah hanya 6 juta dan sekarang 14 juta. Artinya ada peningkatan lebih dari 8 juta," ucapnya.