Makassar (ANTARA) - Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto melepas atau menurunkan dua unit kapal pinisi pariwisata ke laut melalui ritual adat 'Annyorong Lopi' sebagai tanda kapal kembar itu siap berlayar mengarungi samudera.

"Kita bisa lihat ada ritual ada Anyorong Lopi dan di dalamnya ada 'appassili (tolak bala), dan doa-doa dipanjatkan untuk mengawal Pinisi ini untuk selamat menunaikan tugas dan dihindari dari segala mara bahaya," ujar Pomanto di sela-sela ritual di Pantai Losari Makassar, Sulawesi Selatan, Senin. 

Dua unit kapal pinisi itu dikerjakan selama delapan bulan oleh perajin perahu asal Kabupaten Bulukumba.

Rencananya, dua kapal Pinisi kembar tersebut akan berlayar menuju dua negara yakni di Singapura dan Australia.

Tujuan pertama di kawasan Daeng Mangalle merupakan salah seorang Pangeran asal Makassar memiliki sejarah di Singapura, dan Marege di Australia.  

"Niat saya, (kapal Pinisi) ini dibuat untuk penjelajahan. Satu menuju Daeng Mallange, Singapura dan satu ke Marege, Australia. Kita akan bikin rencana Sail of Singapura. Kalau Singapura, kami sudah berbicara dengan salah seorang Menteri di Singapura, beliau salah satu ketua perhimpunan melayu Singapura,"  ujarnya.

Pria disapa akrab Danny Pomanto ini menjelaskan, pembuatan dua kapal Pinisi kembar tersebut dikerjakan orang ahli pembuat perahu Pinisi yang didatangkan langsung dari kampung Ara, Kabupaten Bulukumba selama delapan bulan. Kedua kapal ini dinamai 'Adama' (saya sudah ada) dan 'Tungguma' (tunggu saya). 

Alasan penamaan dua kapal phinisi tersebut, kata Danny, identik dengan sejarah perjalanan politiknya bersama Wakilnya Fatmawati Rusdi (sudah mengundurkan diri). Meski sudah berhenti, tapi janji kepada masyarakat harus ditepati sesuai saat kampanye dulu. 

"Adama dan Tungguma itu adalah bagian perjuangan dari masyarakat Makassar menunggu dari kotak kosong (Pilwali 2018). Dan akhirnya Adama (maju kembali) datang. Kalau tidak menang, mana bisa kita bikin ini. Waktu menunggu (Tungguma) pada kotak kosong, kan itu perjuangan. Lalu kemudian Adama (sudah ada) mengisi perjuangan itu," katanya.

Namun demikian, terlepas dari sejarah politik yang dikaitkan dengan penamaan dua Pinisi itu, kata dia, kapal Pinisi yang ada saat ini menjadi bagian dari pariwisata. Selain itu,  merekam video proses pembuatannya sebagai ilmu untuk disampaikan kepada anak-anak  dalam konten lokal di bidang pendidikan. 


Sejumlah pekerja pembuat kapal Pinisi menarik rantai dalam prosesi adat 'Annyorong Lopi' atau persiapan penurunan kapal ke laut usai dikerjakan selama delapan bulan oleh perajin perahu Pinisi asli asal Kabupaten Bulukumba di Pantai Losari Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (11/12/2023). ANTARA/Darwin Fatir.

Selain itu, anak-anak dapat melihat langsung proses pembuatan saat itu. Sehingga bukan hanya Kapal Pinisi, tapi juga ada Tongkonan (khas toraja) dan tahun depan ada lumbungnya, sehingga generasi muda dapat diperkaya ilmunya mengingat anak muda sekarang menginginkan kegiatan secara langsung dan itu akan terus berlanjut ke generasi berikutnya. 

Untuk kapal Pinisi ini dapat menampung 150 orang, meski konsepnya tradisional, kata Danny, tapi penggunaan moderen bahkan bisa membawa dua unit jet ski hingga kapal kecil. Jadi, saat berada di tengah laut, orang bisa berekreasi dan menurunkan jet ski untuk bermain-main.  Selain dua kapal Pinisi tersebut, pihaknya berencana membuat dua unit kapal. 

"Kita rencana akan buat lagi dua kapal Pinisi dan sudah kita anggarkan. Kita sayembara, kita lelang termasuk perencanaannya. Dua kapal ini memiliki layar, dan mengarungi sungai. Ada dua sungai kita yakni Jeneberang dan Tallo," tuturnya.

Kapal Pinisi tersebut setelah jadi orang akan menikmati perjalanan wisata sungai, sebab selama tidak diketahui bagaimana menikmati Sungai Jeneberang maupun Sungai Tallo yang selama ini kata-kata sejarah yang ada dibicarakan.  

"Insya Allah, sungai Tallo yang memiliki sejarah, Jeneberang juga punya sejarah ditambah perahu Pinisi, itu akan menjadi cerita luar biasa untuk menjual pariwisata kita, terutama pada pariwisata ziarah," katanya. 

Bupati Bulukumba Andi Muchtar Ali Yusuf yang ikut menyaksikan ritual tersebut mengatakan bahwa kapal Pinisi telah dikenal di seluruh dunia, bahkan telah diakui oleh Unesco. Hadirnya kapal Pinisi di Pantai Losari tentu menjadi kebanggaan masyarakat Sulsel dan khususnya Bulukumba bahwa sejarah pembuatan kapal Pinisi pernah dilakukan di Makassar, meskipun tempat pembuatan aslinya berada di kampung Ara, Bulukumba. 

Pewarta : M Darwin Fatir
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024