Makassar (ANTARA) - Program Electrifying Agriculture (EA) atau elektrifikasi pertanian yang diterapkan PT PLN (Persero) menyasar sebanyak 3,290 petani di area kerja Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat (Sulselrabar).

General Manager PLN UID Sulselrabar Moch Andy Adchaminoerdin di Makassar, Jumat, menyebut PLN Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar) terus mendukung pertumbuhan ekonomi salah satunya melalui Program Elektrifikasi Pertanian.

"Hingga November 2023, kita telah merealisasikan Program Elektrifikasi Pertanian yang dimanfaatkan 3.290 petani, dalam upayanya meningkatkan produktivitas sektor pertanian di Sulselrabar," ujarnya.

Menurut dia, program tersebut telah membawa dampak signifikan pada hasil panen dan penghematan biaya operasional. 

Program ini merupakan salah satu inovasi PLN dengan pemanfaatan energi listrik di bidang agrikultur seperti pertanian, perikanan, perkebunan serta peternakan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional para petani. 

Melalui program ini PLN berupaya menciptakan Creating Shared Value (CSV) bagi masyarakat dan lingkungan sekitar lewat berbagai inovasi teknologi kelistrikan. 

"Electrifying Agriculture merupakan program yang digagas oleh PLN, kami optimistis kualitas dan kuantitas produktivitas para petani dapat meningkat, maju dan modern,” ujar Andy.

Ia menyebut total daya tersambung pelanggan EA mencapai 185.871 kilo Volt Ampere (kVA). Pemanfaatan EA ini tumbuh 1,38 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Tak hanya mengoptimalkan penggunaan listrik, program EA ini juga terbukti mampu meningkatkan produksi petani dan semakin efisien. Hal tersebut nyata bagi petani di Kelurahan Mattiro Deceng, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. 

Nurdin, salah seorang petani mengaku berhasil melakukan efisiensi biaya operasional hingga 40-50 persen sejak beralih menggunakan listrik untuk mengairi sawahnya dari tahun 2021.

“Hampir dua tahun, kami telah beralih ke energi listrik, efisiensi biaya untuk penyiraman jadi lebih murah dibandingkan sebelum menggunakan listrik, yakni bahan bakar,” ujar Nurdin.

Nurdin menjelaskan untuk mengaliri sawah seluas 30 hektar, ia membutuhkan bahan bakar senilai Rp8 juta dalam satu kali pengairan. Namun, kehadiran program EA berhasil menghemat biaya operasional sekitar Rp 4,5 juta untuk biaya penyiraman.

Selain penghematan biaya operasional, teknologi pertanian berbasis listrik mampu meningkatkan produktivitas sebesar tiga kali lipat dari sebelumnya. Misalnya dalam satu tahun, hanya menghasilkan panen sebanyak 3.000 karung. Namun setelah adanya listrik, berhasil memproduksi sekitar 9.000 karung.

Pewarta : Nur Suhra Wardyah
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024