Makassar (ANTARA) - Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Alam (Puslitbang SDA) Universitas Hasanuddin menggandeng Bappelitbangda Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan dalam pengembangan ekonomi biru dalam budi daya bandeng.

Sekretaris Daerah Kabupaten Luwu Sulaiman di Luwu, Senin mengatakan, Blue Economy atau Ekonomi Biru adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang menitikberatkan pada pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat

“Tujuannya adalah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, pelestarian ekosistem laut serta menciptakan lapangan kerja,” ujarnya.

Menurutnya, saat ini luas lahan budi daya ikan atau kawasan pertambakan yang telah dimanfaatkan masyarakat Kabupaten Luwu sekitar 10,5 hektare. Dari luas kawasan tersebut, 8,3 hektare merupakan lahan budi daya ikan bandeng dengan sistem budi daya monokultur maupun polikultur.

Sekda juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak Bank Indonesia perwakilan Sulsel yang mendukung program joint research yang dilaksanakan oleh tim dari Puslitbang SDA Unhas.

“Mudah-mudahan apa yang telah dihasilkan dari kajian ini menjadi bahan acuan bagi masyarakat Kabupaten Luwu dalam menjalankan usaha pembudidayaan ikan bandeng,” katanya.

Kepala Dinas Perikanan Luwu Baharuddin mengatakan, kajian pengembangan ekonomi biru yang bertujuan melakukan penelitian terkait bagaimana peningkatan produktivitas budi daya ikan bandeng di Kabupaten Luwu telah dilakukan pada 2023.

“Kita berharap kegiatan ini memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah,” kata Baharuddin.

Kepala BI Perwakilan Sulsel Abdul Majid Ikram menyampaikan bahwa dukungan Bank Indonesia terhadap penelitian pengembangan budi daya ikan bandeng di Sulsel merupakan bagian dari upaya mendukung pemerintah Indonesia dalam mengendalikan inflasi.

“Ada beberapa fokus-fokus yang kita tangani salah satunya adalah bagaimana mengendalikan inflasi di Indonesia sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,” tutur Abdul Majid.

Sementara itu, kepala Puslitbang SDA Unhas, Abdul Rasyid dalam pemaparannya mengatakan, Sulawesi Selatan memiliki potensi perikanan yang tinggi dengan luas perairan 43 juta hektare.

Salah satu komoditas perikanan dengan potensi terbesar adalah ikan bandeng yang produksinya tertinggi di Indonesia.

Namun, ikan bandeng sering menjadi pendorong inflasi di Sulawesi Selatan karena budi daya yang kerap terkendala ketersediaan benih dan alih fungsi lahan tambak untuk budidaya udang vaname.

“Untuk mendorong keberlanjutan budi daya bandeng sesuai prinsip ekonomi biru (blue economy) sebagai upaya pengendalian inflasi, diperlukan penelitian yang dapat mengkaji proses budaya ikan bandeng secara komprehensif,” ujarnya.

Prof Abdul Rasyid menyatakan penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan budidaya ikan bandeng di Sulsel, mengidentifikasi kemampuan dan perilaku pembudi daya bandeng dalam menerima inovasi atau program peningkatan produktivitas, menentukan strategi peningkatan produktivitas bandeng, dan mengukur dampak strategi tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi serta inflasi.

“Melalui studi kasus kelompok budi daya bandeng di daerah sentra Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Luwu, analisis regresi berganda, serta analisis input-output, penelitian ini menunjukkan bahwa budi daya bandeng pada lokus kajian masih terkendala rendahnya kualitas SDM pembudi daya, teknik budidaya yang masih tradisional, serta belum kuatnya kelembagaan dan klaster usaha,” ucapnya.


Pewarta : Muh. Hasanuddin
Editor : Redaktur Makassar
Copyright © ANTARA 2024