MakassarDinas Kesehatan Buluku (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan mencatat 130 kasus demam berdarah dengue (DBD) dengan Case Fatality Rate (CFR) atau persentase angka kematian akibat penyakit tersebut sebesar 1,3 persen.
"Tingginya kasus DBD dan persentase angka kematian akibat DBD tersebut sepanjang Januari hingga Maret 2024, menimbulkan kekhawatiran bagi pemerintah dan masyarakat Bulukumba," kata Pengelola Program DBD, Dinas Kesehatan Bulukumba, Etty Susanty dalam keterangan persnya di Bulukumba, Senin.
Kondisi tersebut, lanjut dia, menyebabkan masyarakat ramai-ramai meminta kepada pemerintah untuk melakukan fogging atau pengasapan di sekitar rumahnya.
Fogging atau pengasapan adalah tindakan pengasapan dengan bahan insektisida yang bertujuan untuk membunuh nyamuk khususnya pembawa (vektor) penyakit DBD.
Tingginya permintaan fogging itu diakui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba Amrullah.
Dia mengatakan, pihaknya menerima banyak laporan dan permintaan fogging, meski itu bukanlah solusi utama dalam penanganan kasus DBD.
"Sebenarnya yang lebih penting adalah menerapkan perilaku hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan," ujarnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, lanjut dia, petugas puskesmas telah melakukan edukasi masif pada masyarakat setempat, baik melalui penyuluhan kelompok maupun secara mobile. Namun, perubahan cuaca dan tingginya intensitas hujan di beberapa daerah menjadi faktor meningkatnya kasus DBD.
Sementara itu, Etty Susanty mengimbuhkan fogging atau pengasapan akan membunuh nyamuk dewasa di luar rumah, namun tidak efektif untuk membunuh jentik nyamuk.
Oleh karena itu, pihaknya mengimbau masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak dan berkelanjutan, minimal seminggu sekali di rumah dan lingkungan masing-masing.
Petugas kesehatan juga selalu mengingatkan pentingnya Gerakan 3M Plus, yaitu Menutup, Menguras, Mendaur Ulang, melalui berbagai media sebagai upaya mencegah peningkatan kasus DBD.
"Dengan upaya tersebut diharapkan kasus DBD di Bulukumba dapat ditekan dan masyarakat dapat hidup lebih sehat, serta nyaman dari ancaman penyakit DBD," ujarnya.
"Tingginya kasus DBD dan persentase angka kematian akibat DBD tersebut sepanjang Januari hingga Maret 2024, menimbulkan kekhawatiran bagi pemerintah dan masyarakat Bulukumba," kata Pengelola Program DBD, Dinas Kesehatan Bulukumba, Etty Susanty dalam keterangan persnya di Bulukumba, Senin.
Kondisi tersebut, lanjut dia, menyebabkan masyarakat ramai-ramai meminta kepada pemerintah untuk melakukan fogging atau pengasapan di sekitar rumahnya.
Fogging atau pengasapan adalah tindakan pengasapan dengan bahan insektisida yang bertujuan untuk membunuh nyamuk khususnya pembawa (vektor) penyakit DBD.
Tingginya permintaan fogging itu diakui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba Amrullah.
Dia mengatakan, pihaknya menerima banyak laporan dan permintaan fogging, meski itu bukanlah solusi utama dalam penanganan kasus DBD.
"Sebenarnya yang lebih penting adalah menerapkan perilaku hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan," ujarnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, lanjut dia, petugas puskesmas telah melakukan edukasi masif pada masyarakat setempat, baik melalui penyuluhan kelompok maupun secara mobile. Namun, perubahan cuaca dan tingginya intensitas hujan di beberapa daerah menjadi faktor meningkatnya kasus DBD.
Sementara itu, Etty Susanty mengimbuhkan fogging atau pengasapan akan membunuh nyamuk dewasa di luar rumah, namun tidak efektif untuk membunuh jentik nyamuk.
Oleh karena itu, pihaknya mengimbau masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak dan berkelanjutan, minimal seminggu sekali di rumah dan lingkungan masing-masing.
Petugas kesehatan juga selalu mengingatkan pentingnya Gerakan 3M Plus, yaitu Menutup, Menguras, Mendaur Ulang, melalui berbagai media sebagai upaya mencegah peningkatan kasus DBD.
"Dengan upaya tersebut diharapkan kasus DBD di Bulukumba dapat ditekan dan masyarakat dapat hidup lebih sehat, serta nyaman dari ancaman penyakit DBD," ujarnya.