Makassar (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Palopo Sulawesi Selatan merilis laporan hasil analisis data elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), bahwa kasus stunting di kota itu telah turun pada tiga tahun terakhir.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Palopo Irsan Anugrah melalui keterangannya yang diterima di Makassar Senin mengatakan, kasus stunting di Kota Palopo tiga tahun terakhir mengalami penurunan jumlah kasus dan prevalensi.
"Tahun 2021 ada 421 kasus atau 4,20 persen dari jumlah sampel balita yang diukur sebanyak 10 ribu orang lebih," katanya.
Irsan menjelaskan, pada 2022 ada 334 kasus atau 3,24 persen kasus, dan tahun 2023 turun lagi menjadi 228 kasus atau 1,98 persen.
Ia menyebutkan, penurunan stunting dalam tiga tahun terakhir itu terjadi di lima kecamatan yang ada di Palopo yakni, Kecamatan Wara, Wara Timur, Wara Selatan, Wara Utara, dan Wara Barat.
Pemkot Palopo, kata Irsan, melakukan sejumlah intervensi secara konvergensi yang melibatkan mulai dari tingkat kota, kecamatan, kelurahan hingga ke keluarga.
"Salah satunya, perbaikan gizi pada 1.000 HPK berupa pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil," katanya.
Dia menjelaskan, saat ini Pemkot Palopo akan menangani faktor determinan atau penyebab terjadinya stunting dengan melakukan sosialisasi dan intervensi tambahan.
"Determinan terbesar yang menjadi pencetus stunting di antaranya kebiasaan merokok, ibu hamil yang Kurang Energi Kronik -KEK-, dan kepemilikan jamban yang sehat serta faktor penyakit penyerta pada balita," katanya.
Saat ini, kata Irsan, sejumlah kiat atau cara dilakukan untuk terus menekan angka stunting di Kota Palopo.
Ia mencontohkan, dengan cara menggalakkan bapak dan bunda asuh.
Sejak Pj. Wali Kota Palopo Asrul Sani menjabat mulai Oktober 2023, salah satu program utamanya yakni penurunan angka stunting.
Pada Desember 2023, data prevalensi stunting di Kota Palopo berada di angka 1,3 persen yang merupakan terendah selama tiga tahun terakhir.
Sejumlah program intervensi digalakkan oleh Pj. wali kota, di antaranya program makan dua telur dalam sehari dan hingga Maret 2024 kasus stunting di Kota Palopo tersisa 100 kasus.
"Di mana data pada bulan Agustus 2023 lalu, masih di angka 254 kasus. Itu berarti kurang dari 6 bulan, kita sudah bisa intervensi 154 kasus. Dan sudah ada 10 kelurahan yang zero stunting," kata Asrul Sani.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Palopo Irsan Anugrah melalui keterangannya yang diterima di Makassar Senin mengatakan, kasus stunting di Kota Palopo tiga tahun terakhir mengalami penurunan jumlah kasus dan prevalensi.
"Tahun 2021 ada 421 kasus atau 4,20 persen dari jumlah sampel balita yang diukur sebanyak 10 ribu orang lebih," katanya.
Irsan menjelaskan, pada 2022 ada 334 kasus atau 3,24 persen kasus, dan tahun 2023 turun lagi menjadi 228 kasus atau 1,98 persen.
Ia menyebutkan, penurunan stunting dalam tiga tahun terakhir itu terjadi di lima kecamatan yang ada di Palopo yakni, Kecamatan Wara, Wara Timur, Wara Selatan, Wara Utara, dan Wara Barat.
Pemkot Palopo, kata Irsan, melakukan sejumlah intervensi secara konvergensi yang melibatkan mulai dari tingkat kota, kecamatan, kelurahan hingga ke keluarga.
"Salah satunya, perbaikan gizi pada 1.000 HPK berupa pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil," katanya.
Dia menjelaskan, saat ini Pemkot Palopo akan menangani faktor determinan atau penyebab terjadinya stunting dengan melakukan sosialisasi dan intervensi tambahan.
"Determinan terbesar yang menjadi pencetus stunting di antaranya kebiasaan merokok, ibu hamil yang Kurang Energi Kronik -KEK-, dan kepemilikan jamban yang sehat serta faktor penyakit penyerta pada balita," katanya.
Saat ini, kata Irsan, sejumlah kiat atau cara dilakukan untuk terus menekan angka stunting di Kota Palopo.
Ia mencontohkan, dengan cara menggalakkan bapak dan bunda asuh.
Sejak Pj. Wali Kota Palopo Asrul Sani menjabat mulai Oktober 2023, salah satu program utamanya yakni penurunan angka stunting.
Pada Desember 2023, data prevalensi stunting di Kota Palopo berada di angka 1,3 persen yang merupakan terendah selama tiga tahun terakhir.
Sejumlah program intervensi digalakkan oleh Pj. wali kota, di antaranya program makan dua telur dalam sehari dan hingga Maret 2024 kasus stunting di Kota Palopo tersisa 100 kasus.
"Di mana data pada bulan Agustus 2023 lalu, masih di angka 254 kasus. Itu berarti kurang dari 6 bulan, kita sudah bisa intervensi 154 kasus. Dan sudah ada 10 kelurahan yang zero stunting," kata Asrul Sani.