Jakarta (ANTARA) - Portugal memiliki banyak alasan untuk optimistis bahwa pertemuan mereka dengan Turki di Signal Iduna Park dalam pertandingan kedua Grup F Euro 2024, akan berakhir dengan kemenangan guna menyusul Jerman dan Spanyol ke fase grup.

Optimisme itu bukan saja karena perjalanan mulus selama babak kualifikasi dan dilanjutkan dengan kemenangan penting 2-1 atas Ceko pada pertandingan pertama, tapi juga oleh riwayat positif Oranye selama bertemu Bintang Bulan Sabit.

Dari total sembilan kali bertemu dengan Turki, tim asuhan Roberto Martinez tujuh kali mencatat kemenangan. Dua lainnya dimenangkan oleh Turki.

Lalu, sejak Euro 2012 ketika tim yang kini dilatih Vencenzo Montella itu menang 3-1, Turki tak pernah bisa mengalahkan Portugal.

Pertemuan kedua tim selalu berakhir dengan menang atau kalah. Tak ada catatan seri.

Dalam ajang Piala Eropa sendiri, pasukan Roberto Martinez sudah empat kali menghadapi skuad Vincenco Montella.

Tiga dari pertemuan itu dimenangkan Selecao, pada fase grup Euro 1996, perempatfinal Euro 2000 dan fase grup Euro 2008, tanpa kebobolan satu pun gol.

Namun itu tak mengganggu pikiran Montella. Pelatih asal Italia itu amat bernafsu membawa Turki mengalahkan Portugal sehingga bisa bersiap lebih awal menghadapi fase grup Euro 2024.

Target pertama Turki dalam Euro 2024 ini, kata Montella, adalah memenangkan pertandingan pertama, lalu yang kedua dan setelah itu fase gugur.

Ternyata, Montella berhasil merealisasikan target itu. Turki menang 3-1 atas Georgia dalam pertandingan pertama.

Untuk pertama kali pula Turki langsung mencatat kemenangan dalam Piala Eropa. Sebelum Euro 2024 Turki sudah mengikuti turnamen ini empat kali, termasuk Euro 2008 ketika menjadi semifinalis yang finis urutan ketiga.

Montella yakin sekali Turki bisa meneruskan tren bagus ini saat menghadapi Selecao yang hampir sempurna di semua departemen.

Portugal sendiri berusaha hati-hati terhadap salah satu kuda hitam Euro 2024 itu.

Winger mereka, Diogo Jota, bahkan menilai skuad Turki lebih baik dari pada Republik Ceko yang mereka tekuk 2-1 dalam laga pertama.


Tak leluasa menekan

Jika melihat pertandingan pertama kedua tim dalam Grup F, baik Portugal maupun Turki adalah tim yang lebih menekan dibandingkan lawan-lawannya.

Keduanya memanfaatkan semua bidang lapangan, tapi persentase Turki dalam memanfaatkan lebar lapangan, sedikit lebih besar di atas Portugal.

Dari 526 umpan yang diselesaikan pasukan Montella, 60 persen di antaranya terjadi di kedua sayap, dengan frekuensi nyaris sama.

Ini artinya, sayap-sayap permainan Turki memiliki kekuatan dan kepaduan merata sehingga menunjang efektivitas manuver mereka.

Sementara itu, dari 622 umpan yang dituntaskan Cristiano Ronaldo cs, 55 persen di antaranya terjadi di sektor sayap, dan sama seperti Turki saat melawan Georgia, kedua sayap Portugal juga sama hidupnya.

Portugal juga menyelesaikan 61 umpan di sepertiga terakhir atau lebih banyak dibandingkan Turki yang menuntaskan 49 umpan di area yang sama.

Tapi ternyata, Portugal lebih kesulitan dalam menciptakan peluang, ketimbang Turki. Bintang Bulan Sabit membuat 22 peluang saat melawan Georgia, sedangkan Selecao menciptakan 19 peluang saat dihadapi Ceko.

Tapi ini mungkin terjadi karena level lawan Portugal lebih bagus dibandingkan dengan level lawan Turki.

Dalam kata lain, Ceko adalah lawan yang lebih tangguh ketimbang Georgia. Faktanya, dalam hampir semua parameter, Ceko memang satu kelas di atas Georgia.

Di bawah logika itu, Turki mungkin tak akan sama leluasa menyerang dengan seperti laga melawan Georgia. Namun demikian, tantangan Portugal juga tak akan lebih mudah ketimbang saat menghadapi Republik Ceko. Kemenangan meyakinkan Turki atas Georgia adalah salah satu alasannya.


Sengit di semua lini

Dengan semua gambaran itu, pertandingan Portugal melawan Turki menjanjikan pertarungan yang sengit di semua lini.

Kesengitan itu terjadi karena kedua tim diperkuat pemain-pemain berkualitas tinggi, terlebih apalagi Portugal yang dipenuhi pemain bintang.

Portugal juga merupakan skuad termahal dalam Grup F, dengan valuasi skuad mencapai 1,05 miliar euro (Rp18,5 triliun), atau lebih dari tiga kali valuasi skuad Turki yang "hanya" 303 juta euro (Rp5,3 triliun).

Nilai pasar skuad Portugal itu adalah ketiga terbesar dalam Euro 2024 setelah Inggris dan Prancis.

Yang termahal dibandingkan semua pemain dalam kedua skuad adalah tentu saja kapten Portugal, Cristiano Ronaldo.

Sayang, Ronaldo belum menciptakan gol walau diturunkan sejak menit pertama oleh Roberto Martinez kala melawan Ceko.

Padahal dia adalah pencetak gol kedua terbanyak di bawah striker Belgia Romelu Lukaku selama kualifikasi Euro 2024.

Walaupun begitu, Martinez tetap memasang sang kapten sebagai ujung tombak serangan Selecao, yang akan kembali diapit duo pemain sayap, Rafael Leao dan Bernardo Silva, dalam formasi 4-3-3.

Di lini tengah, Joao Palninha akan kembali bermitra dengan Bruno Fernandes dan Vittina, sedangkan duet bek tengah beda generasi, Ruben Dias dan Pepe, melindungi kiper Diogo Costa.

Mereka akan diapit dua bek sayap terkenal eksplosif, Joao Cancelo dan Diogo Dalot, yang aktif membantu merancang serangan dari sayap.

Jika di Portugal ada Ronaldo, maka Turki berharap pada sentuhan gelandang serang muda belia Real Madrid, Arda Guler.

Berbeda dengan Ronaldo, Guler sudah mencetak satu gol dalam Euro 2024 ketika memulihkan keunggulan Turki atas Georgia sebelum menang 3-1.

Montello akan kembali memasang Guler di sayap kanan serangan Turki dalam formasi 4-2-3-1.

Guler akan berdiri paralel dengan Kenan Yildiz dan Orkun Kokcu guna membentuk triarki tepat di belakang penyerang utama, Baris Yilmaz.

Akan halnya duet Kaan Ayhan dan Hakan Calhanoglu, tetap menjaga keseimbangan permainan Turki, tepat di depan Abdulkerim Bardakci cs yang menjadi palang pintu untuk melindungi penjaga gawang Mert Gunok.

Pewarta : Jafar M Sidik
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024