Mamuju (ANTARA Sulbar) - Kementerian Bappenas menyampaikan, hasil pelaksanaan pembangunan di wilayah Provinsi Sulawesi Barat, belum dinikmati secara merata oleh masyarakatnya.

"Kita harus akui bahwa geliat pembangunan di daerah ini tumbuh positif. Namun harus disadari bahwa hasil pembangunan ini masih terjadi kesenjangan antara satu daerah dengan daerah lainnya,"kata Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Bappenas, Dr Ir Adi Efendi Tedja Kusuma saat berada di Mamuju, Minggu.

Menurutnya, dari distribusi pendapatan antar golongan masyarakat maka Sulbar mengalami penurunan kesenjangan pendapatan antar golongan.

Hal ini diindikasikan katanya, dari berkurangnya angka Rasio Gini Sulbar dari 0,36 di tahun 2007 kini menjadi 0,349 di tahun 2013 atau sudah di bawah rata-rata nasional sebesar 0,413.

Tentunya hal ini kata dia, tetap perlu mendapatkan perhatian agar proses pembangunan ke depan lebih melibatkan masyarakat secara inklusif sehingga hasil-hasil pembangunan tersebut dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat.

Adi Efendi menyampaikan, kekayaan sumber daya alam dan keunggulan geografis di Sulbar, merupakan modal dasar untuk menjadikan provinsi ini sebagai salah satu pusat penghasil kakao maupun kelapa sawit.

"Perkebunan selama ini memberikan peranan penting dalam menggerakan roda perkonomian Sulbar, salah satunya produktivitas kakao tahun 2010 yang mencapai 96.461 ton. Potensi pengembangan perkebunan kakao ini dapat ditingkatkan melalui pengembangan sistem distribusi hasil sub sektor perkebunan dan tanaman pangan yang efektif,"jelasnya.

Bukan sekedar itu, dibutuhkan pengembangan penggunaan teknologi tepat guna, pendampingan dan pelatihan/penyuluhan kepada petani mengenai sistem cocok tanam dan berkebun yang tepat dan pembangunan kerjasama yang terpadu dengan para pemilik jasa logistik.

Dia menyebutkan, tidak bisa disangkali bahwa kinerja pertumbuhan ekonomi Sulbar saat ini telah mengalami perlambatan dari tahun ke tahun, walaupun telah melampaui kinerja nasional.

Pada tahun 2013 perekonomian Sulbar mengalami perlambatan dan tumbuh sebesar 7,16 persen. Namun, angka ini sudah berada di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,78 persen.

Dari sisi suplai katanya, maka sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi terbesar terhadap sumber pertumbuhan ekonomi Sulbar dengan capaian sebesar 2,54 persen.

"Sektor jasa dan pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran masing-masing sebesar 1,31 persen dan 1,10 persen. Dari sisi permintaan, kontribusi terhadap sumber pertumbuhan ekonomi terbesar berasal dari konsumsi rumah tangga 3,29 persen dan konsumsi pemerintah sebesar 2,26 persen,"jelasnya.

Selain itu, Sulbar pun telah berhasil dalam menurunkan jumlah penduduk miskin dari 13,58 persen pada tahun 2010 menjadi 12,23 persen pada September 2013. Namun, angka ini masih di atas angka kemiskinan rata-rata nasional 11,47 persen pada September 2013.

Demikian pula dengan pencapaian tingkat pengangguran terbuka (TPT), maka Sulbar telah berhasil menurunkan TPT dari 3,25 persen pada Agustus 2010 menjadi 2,33 persen di Agustus 2013 atau sudah di bawah rata-rata nasional sebesar 6,25 persen.

Dari sisi peningkatan kualitas kesejahteraan manusia, maka provinsi ini dapat dikatakan sudah cukup baik. Hal ini diindikasikan dengan selalu meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari tahun ke tahun hingga mencapai 70,73 persen pada tahun 2012. Namun demikian, pencapaian IPM Sulbar masih perlu ditingkatkan karena masih di bawah rata-rata nasional sebesar 73,29 di tahun 2012.

Dari sisi Indeks Kesejahteraan Daerah (IKD), maka daerah Sulbar mengalami peningkatan dari 49,5 di tahun 2007 kini menjadI 55,1 di tahun 2012.

"Indeks ini diukur berdasarkan pengukuran kondisi ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur daerah. Ini kami sampaikan berdasarkan data yang layak dipercaya kebenarannya,"ungkapnya. M Yusuf

Pewarta : Aco Ahmad
Editor :
Copyright © ANTARA 2024