Makassar (ANTARA) -
Danny Pomanto juga berbicara tentang suhu bumi yang terus mengalami kenaikan. Kondisi tersebut terlihat saat tahun 1977 penduduk di bumi sudah mencapai Rp4,2 miliar.
Wali Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Moh Ramdhan Pomanto memaparkan dan berbagi pengalaman terkait komitmen Pemkot Makassar dalam penerapan low carbon city di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), di Bandung, Jawa Barat.
Melalui keterangan tertulis yang diterima di Makassar, Jumat, Danny Pomanto menjadi pembicara pada kuliah perdana semester I TA 2024/2025 Mahasiswa Magister Arsitektur Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB, Jumat.
Dia menjelaskan upaya Pemerintah Kota Makassar menekan emisi karbon merupakan tanggung jawab bersama dalam keberlanjutan sebuah kota.
"Kalau kita mau bikin atau mendesain kota kita ini suistainable atau berkelanjutan dan resilien, maka perilaku harus diubah," katanya.
Pemerintah Kota Makassar dalam mendesain pembangunan berkelanjutan berbasis lokal. Ada empat tahapan dalam membangun Makassar Low Carbon City, di antaranya, revisi tata ruang, penerapan teknologi hijau, gerakan dekarbonisasi dan oksigenisasi, serta perubahan perilaku sosial.
Ia menjelaskan tentang Makassar Low Carbon City yaitu sebuah tekad dan aksi lokal untuk merespon isu global dengan konsep keberlanjutan.
Danny Pomanto juga berbicara tentang suhu bumi yang terus mengalami kenaikan. Kondisi tersebut terlihat saat tahun 1977 penduduk di bumi sudah mencapai Rp4,2 miliar.
Fenomena ini membuat terjadinya bencana populasi. Saat ini, katanya penduduk di dunia sudah berjumlah Rp8 miliar lebih, dan suhu bumi naik hingga 1,4 derajat.
Akibat populasi yang melebih kapasitas maka kebutuhan pangan meningkat dan terjadi industrialisasi, eksploitasi sumber daya alam, hingga deforestasi atau penggundulan hutan. Karena idealnya produksi pangan dunia hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan 6 miliar penduduk.
"Akibat deforestasi ini, mulai terjadi pencemaran sehingga menyebabkan emisi karbon. Akibatnya naik suhu bumi, es mencair, volume air meningkat dan terjadi kenaikan permukaan air laut," katanya.
Menjadikan kota yang suistainable, Pemkot Makassar telah mengeluarkan beragam kebijakan untuk menekan emisi karbon.
Mulai dari penggunaan solar panel di sekolah dan perkantoran, pemanfaatan sampah sebagai sumber energi listrik, hingga beralih menggunakan transportasi berbasis EV (Electrical Vehicle).
"Sekarang on progres 200 sekolah itu kita alihkan semua menggunakan solar panel, malam hari saya pakai energi solarnya untuk penerangan jalan. Kita juga punya mobil Dottorotta, itu kita tambah 47 mobil dengan teknologi EV," ujarnya.
Inovasi Dottorotta dengan beragam keunggulannya di tambah dengan kebijakan pemerintah kota dalam memperbaiki kualitas kesehatan di Makassar membuat WHO menobatkan sebagai Kota Sehat Asia Tenggara (ASEAN) 2024.
Sementara itu, Dekan SAPPK ITB Prof Sri Maryanti mengapresiasi Danny Pomanto karena telah meluangkan waktu sharing pengalaman dengan Mahasiswa Magister Arsitektur SAPPK ITB.
"Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pak Danny Pomanto. Pak wali ini adalah seorang arsitek, jadi beliau adalah pakar di bidang arsitektur yang juga kebetulan Wali Kota Makassar," ujarnya.
Prof Sri Maryati juga menyambut baik rencana kerja sama antara SAPPK ITB dengan Pemkot Makassar dalam kegiatan pengkajian bangunan gedung hijau yang sejalan dengan visi misi SAPPK ITB.