Makassar (ANTARA) -
Seorang Guru Besar dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) Prof Sukri Palutturi tampil sebagai pembahas pada konferensi kesehatan terbesar di Asia-Afrika yaitu Asia-Pacific Academic Consortium for Public Health (APACPH) ke-55 di Busan, Korea Selatan.
 
Profesor Sukri yang ditemui di Makassar, Senin, mengungkapkan bahwa konferensi ini adalah kesempatan berharga untuk memperluas kerja sama, bertukar wawasan, dan meningkatkan kontribusi Unhas dalam upaya kesehatan masyarakat global.
 
"Partisipasi ini sejalan dengan visi kami untuk menjadi kontributor utama di bidang kesehatan masyarakat internasional," ujar Dekan FKM Unhas ini.
 
Konferensi APACPH ke-55 membahas berbagai isu strategis, seperti pengendalian penyakit menular, digitalisasi layanan kesehatan, dan perubahan iklim.
 
Tampil tiga pembicara yaitu Prof Eun Woo Nam dari Yonsei University; Prof Fanlei Kong dari Shandon University dan Prof Masaki Moriyama dari Fukuoka University.
 
Sementara diminta sebagai pembahas masing-masing Prof Sukri Palutturi sebagai guru besar dan sekaligus sebagai Dekan FKM Unhas, Prof. Soojeong Kim dari Dongseo University dan Dr. Hocheol Lee dan Dr. Haekwon Nam dari Yonsei University.
 
Delegasi FKM Unhas memperkuat perannya di kancah internasional dengan menghadiri konferensi internasional ini dengan tema Public Health: Shifting Paradigm for Future Society and Community.

FKM Unhas mengirimkan delegasi terdiri atas 26 dosen, 30 mahasiswa doktoral, beserta empat alumni dan satu mahasiswa magister dari program Field Epidemiology Training Program (FETP).
 
"Kehadiran FKM Unhas dalam konferensi ini diharapkan dapat semakin memperkuat posisi Unhas di mata dunia dan membuka peluang untuk kerja sama baru dalam bidang kesehatan masyarakat.
 
APACPH merupakan acara tahunan yang melibatkan institusi kesehatan masyarakat terbesar di Asia Pasifik, berfokus pada penguatan kolaborasi antarnegara untuk mengatasi tantangan kesehatan di kawasan ini.
 
Salah satu sesi paralel yang menjadi perhatian adalah sesi berkaitan dengan Social Prescribing Trends in Asia, memperkenalkan sebuah konsep tren resep sosial di Asia.
 
Isu resep sosial ini berkaitan dengan pentingnya pendekatan non medis dalam menangani persoalan penduduk lansia yang semakin meningkat. Kesepian, tekanan sosial dan ekonomi yang menimbulkan depresi dan kesehatan mental merupakan fenomena yang terjadi saat ini bagi penduduk lansia.
 
Bentuk dari kegiatan resep sosial ini sangat bergantung pada konteks kebutuhan dan budaya lokal masyarakat setempat dan dapat dilakukan berupa game, berkebun, bernyanyi, dan aktivitas fisik.
 
Prof Veni Hadju sebagai Guru Besar FKM Unhas juga memberikan pandangan bahwa kegiatan keagamaan seperti membaca Al Quran dapat meningkatkan ketenangan dan kebahagiaan bagi pembacanya. Ini juga dapat dilakukan pada konteks masyarakat tertentu.
 
Konferensi ini juga menjadi momen istimewa bagi FKM Unhas dengan diraihnya dua penghargaan penting. Rahma, seorang dosen, memenangkan penghargaan Outstanding Oral Presentation atas presentasinya yang mendapat apresiasi tinggi. Selain itu, Muhammad Sahiddin, seorang mahasiswa doktoral, meraih penghargaan Young Travel Award,.
 
Di sela-sela konferensi, delegasi FKM Unhas juga melakukan kunjungan ke Seoul National University dan Soon Chunhyang University. Kunjungan ini bertujuan untuk menjajaki peluang kolaborasi akademik dan penelitian antara FKM Unhas dan dua universitas terkemuka tersebut, memperkuat jaringan kerja sama internasional yang bermanfaat bagi pengembangan penelitian dan pendidikan kesehatan masyarakat.
 


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Guru Besar Unhas jadi pembahas di konferensi kesehatan terbesar Asia

Pewarta : Nur Suhra Wardyah
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024