Makassar (ANTARA Sulsel) - Kejujuran Andi Amran Sulaiman, putra Sulawesi Selatan (Sulsel) yang baru saja diumumkan sebagai Menteri Pertanian dalam pemerintahan Jokowi-JK, ternyata telah teruji, ia pernah mengembalikan uang negara senilai lebih dari Rp600 juta ketika masih bekerja di PTPN XIV.
"Kala itu sekitar tahun 1997, Amran bertugas sebagai juru bayar pembebasan lahan di Proyek Gula Tinanggea, Kendari, ia mengembalikan sisa uang lebih dari Rp600 juta ke negara, padahal saat itu jika ia mau mengambilnya tak akan ada yang mempersoalkan karena dana pembayaran tersebut sudah dianggap habis," ungkap mantan Direktur PTPN XIV H.M. Ali Arief yang saat itu menjadi atasan Amran, di Makassar, Minggu.
Kejujuran Amran inilah yang menurut Ali, pada akhirnya membuat ayah empat anak tersebut memilih mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala Bagian Logistik di perusahaan pelat merah tersebut.
"Amran tidak nyaman dalam kondisi sistem yang banyak menyimpang saat itu," ujarnya.
Keputusan Amran untuk terlibat mendukung Jokowi sebagai koordinator relawan Sahabat Rakyat KTI, kata Ali, juga tak terlepas dari kesamaan visi Amran dan Jokowi.
"Mereka sama-sama ingin melihat negara dibangun dengan sistem yang bersih," katanya.
Selain jujur, lanjutnya, Amran juga merupakan sosok yang cerdas, inovatif, dan mampu memecahkan masalah.
"Saya menjuluki dia sebagai `trouble shooter` karena setiap kali ada masalah yang pelik ia pasti mampu memecahkannya," urainya.
Ali mencontohkan suatu ketika mereka menghadapi masalah serangan hama babi di perkebunan kelapa sawit, sehingga mereka memutuskan membangun parit mengelilingi kebun.
"Hasilnya, babi-babi itu malah menimbun kembali parit yang dibuat dengan cara menggugurkan tanah di tepi parit," ujarnya.
Untunglah Amran datang dengan solusi yang sederhana namun efektif.
"Ia memberikan umpan tanpa racun selama dua hari berturut-turut, baru pada hari ke tiga, saat babi-babi mulai lengah, umpan dicampur dengan racun, hasilnya ribuan hama babi mati dan perkebunan terselamatkan," katanya.
Dengan karakter dan kapasitas yang dimilikinya, Ali optimistis Amran akan mampu memajukan pertanian Indonesia. Yuniardi
"Kala itu sekitar tahun 1997, Amran bertugas sebagai juru bayar pembebasan lahan di Proyek Gula Tinanggea, Kendari, ia mengembalikan sisa uang lebih dari Rp600 juta ke negara, padahal saat itu jika ia mau mengambilnya tak akan ada yang mempersoalkan karena dana pembayaran tersebut sudah dianggap habis," ungkap mantan Direktur PTPN XIV H.M. Ali Arief yang saat itu menjadi atasan Amran, di Makassar, Minggu.
Kejujuran Amran inilah yang menurut Ali, pada akhirnya membuat ayah empat anak tersebut memilih mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala Bagian Logistik di perusahaan pelat merah tersebut.
"Amran tidak nyaman dalam kondisi sistem yang banyak menyimpang saat itu," ujarnya.
Keputusan Amran untuk terlibat mendukung Jokowi sebagai koordinator relawan Sahabat Rakyat KTI, kata Ali, juga tak terlepas dari kesamaan visi Amran dan Jokowi.
"Mereka sama-sama ingin melihat negara dibangun dengan sistem yang bersih," katanya.
Selain jujur, lanjutnya, Amran juga merupakan sosok yang cerdas, inovatif, dan mampu memecahkan masalah.
"Saya menjuluki dia sebagai `trouble shooter` karena setiap kali ada masalah yang pelik ia pasti mampu memecahkannya," urainya.
Ali mencontohkan suatu ketika mereka menghadapi masalah serangan hama babi di perkebunan kelapa sawit, sehingga mereka memutuskan membangun parit mengelilingi kebun.
"Hasilnya, babi-babi itu malah menimbun kembali parit yang dibuat dengan cara menggugurkan tanah di tepi parit," ujarnya.
Untunglah Amran datang dengan solusi yang sederhana namun efektif.
"Ia memberikan umpan tanpa racun selama dua hari berturut-turut, baru pada hari ke tiga, saat babi-babi mulai lengah, umpan dicampur dengan racun, hasilnya ribuan hama babi mati dan perkebunan terselamatkan," katanya.
Dengan karakter dan kapasitas yang dimilikinya, Ali optimistis Amran akan mampu memajukan pertanian Indonesia. Yuniardi