Makassar (ANTARA Sulsel) - Sejak zaman prakemerdekaan, orang yang berkecukupan dari segi ekonomi tentu akan berinvestasi. Ada yang membeli emas, ladang, rumah dan sebagainya dengan tujuan akan memperoleh keuntungan.

Kini pada era globalisasi, bentuk investasi pun mulai mengalami modifikasi, salah satu di antaranya adalah investasi di pasar modal. Kendati demikian, investasi model konvensional masih tetap digandrungi sebagian besar masyarakat di Indonesia.

Hal tersebut tergambar dari data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada akhir September 2014, jumlah investor yang login secara nasional hanya sekitar 13 persen dari sekitar 340 ribu investor. Sedang dari total jumlah investor itu hanya sekitar satu persen saja dari total penduduk Indonesia yang mencapai 249,9 juta jiwa.

"Kondisi ini menunjukkan bahwa animo masyarakat untuk terjun ke pasar modal masih sangat minim. Sementara masyarakat di negara maju sudah melirik ini sebagai bentuk investasi yang menjanjikan, sehingga mereka berani merambah ke negara lain, termasuk ke Indonesia," kata Kepala Divisi Komunikasi Perusahaan dan Perencanaan Strategis PT KSEI Alec Syafruddin di sela-sela sosialisasi Fasilitas Acuan Kepemilikan Sekuritas (AkSes) yang digelar KSEI pada akhir Oktober 2014 di Makassar.

Masih minimnya animo masyarakat turun ke pasar modal dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kekurangtahuan mereka tentang pasar modal, keterbatasan akses terhadap pasar modal dan adanya pengaruh sosial budaya serta pemahaman agama yang menilai kegiatan di pasar modal tidak sesuai syariat.

Semua kendala di lapangan itu, memacu KSEI untuk menggencarkan sosialisasi dan edukasi bagi masyarakat mengenai investasi di pasar modal. Namun itu dinilai tidaklah cukup, karena masih membutuhkan dukungan dan pengembangan infrastruktur yang dapat mempermudah akses masyarakat berinvestasi di pasar modal.

Untuk mencapai target itu, pihak KSEI yang menaungi sekitar 120 lebih perusahaan sekuritas secara nasional dan 16 sekuritas di Makassar, mencoba menggandeng enam bank dalam mengatasi kendala di lapangan, khususnya kemampuan sekuritas membuka cabang di daerah. Keenam bank itu diantaranya Bank BCA, Permata Bank, BNI, CIMB, Mandiri dan Mandiri Syariah.

"Melalui kerja sama dengan bank tersebut, maka diharapkan dapat menjangkau investor yang ada di daerah melalui transaksi yang dilakukan oleh bank mitra," ujarnya sembari mengimbuhkan khusus sosialisasi di Makassar pihaknya menggandeng Permata Bank.

Sementara mengenai sinergitas pasar modal dan industri perbankan, kata Alec, ini menjadi terobosan baru dalam membangun infrastruktur agar masyarakat lebih mudah menjangkau pasar modal. Sekaligus untuk menepis keraguan masyarakat dalam berinvetasi di pasar modal, karena dianggap tidak nyata atau berwujud.

Dia mengatakan melalui kemitraan dengan perbankan itu, investasi yang disimpan di KSEI akan jelas dan nyata keberadaannya, bahkan dapat dicek kapan saja secara mudah melalui jaringan ATM milik bank mitra.

"Luasnya jaringan ATM bank serta kemudahan penggunaannya diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan jumlah investor pasar modal," ujarnya.

Hal itu diakui Head of Cash Product Permata Bank Sabrina Sidabutar pada kesempatan yang sama.

Menurut dia, pihaknya berkomitmen untuk mendukung pasar modal Indonesia, baik dalam mendukung kebijakan dan program dari regulator, maupun kebutuhan pelaku pasar modal. Bukti konkret dari komitmen itu adalah peluncuran "Co-Branding" Permata ATM dan AKSes KSEI.

Sebagai pionir untuk fasilitas tersebut, Permata Bank melalui Permata ATM juga menawarkan fitur tambahan yakni fasilitas untuk penyampaian instruksi penarikan dana, sehingga memudahkan investor memasukkan instruksi penarikan dana investasinya pada perusahaan efek, tanpa perlu mengisi dan mengirim formulir melalui fax.

"Dengan dukungan pengembangan infrastruktur 'Co-Branding' seperti ini, diharapkan target peningkatan jumlah investor di pasar modal dapat tercapai, khususnya di Kota Makassar. Hal tersebut sejalan dengan visi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk pendalaman pasar," kata Sabrina.

Dorong Investor

Upaya meningkatkan daya saing global pada dunia pasar modal adalah mendorong investor lokal untuk berkiprah di pasar modal. Termasuk menghadapi gempuran investor asing yang masuk dan bermain di pasar modal dalam negeri.

Tentu saja, itu menjadi PR bagi KSEI bersama mitranya di lapangan. Karena itu, sosialisasi menjadi cara efektif untuk menumbuhkan animo masyarakat berinvestasi melalui pasar modal, meskipun itu harus memakan waktu yang cukup lama dan berkesinambungan.

"Program sosialisasi dan edukasi bagi masyarakat mengenai investasi di pasar modal menjadi program rutin yang harus dilakukan secara berkesinambungan," kata Alec.

Hal itu dilakukan karena mencermati kondisi di lapangan bahwa minimnya investor baik tingkat nasional maupun lokal itu, karena masih kurangnya pemahaman mereka mengenai pentingnya investasi dan juga keterbatasan informasi maupun sarana untuk dapat mengakses pasar modal.

Berdasarkan data KSEI diketahui, total investor di Indonesia yang tercatat pada perusahaan milik negara itu pada posisi 28 Oktober 2014 adalah 356.496 investor. Dari jumlah tersebut, sebanyak 346.380 investor lokal dan selebihnya investor asing.

Khusus di Kota Makassar, pada periode yang sama tercatat 3.195 investor atau meningkat sekitar 15 persen dibandingkan posisi akhir Oktober 2013 yang baru berjumlah 2.777 investor.

Apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk kota berjulukan "Anging Mammiri" ini yakni 1,4 juta jiwa, tentu jumlah investor pada posisi akhir Oktober 2014 terbilang sangat sedikit dengan persentase di bawah satu persen.

Begitu pula jika ingin dibandingkan antara total aset investor di Sulsel yaitu Rp2,2 triliun dan nilai transaksi rata-rata Rp550 miliar - 600 miliar per bulan, sedang investasi atau dana yang tersimpan dalam bentuk tabungan di bank itu mencapai Rp24,61 triliun.

Fenomena inilah yang kemudian menjadi alasan kuat bagi pihak KSEI untuk menjadikan Kota Makassar sebagai kota pertama di Sulawesi yang menjadi target sosialisi, setelah sebelumnya dilakukan kegiatan yang sama di Banjarmasin, Padang dan Solo.

"Kami selaku perwakilan KSEI di Makassar, terus melakukan sosialisasi pada masyarakat tentang pentingnya investasi. Setelah itu dilakukan sosialisasi dalam kurun waktu lebih dari lima tahun, investor yang tercatat di KSEI baru 3.195 baik merupakan investor individu atau lembaga," kata Fahmin Amirullah Kepala BEI Perwakilan Makassar.

Sementara dalam kaitannya memotivasi calon investor lokal untuk bergabung dalam pasar modal, karena adanya kedekatan psikis dan geografis dengan perusahaan efek, juga diakui perlu mendorong perusahaan-perusahaan besar untuk "go public" seperti di Sulsel, terdapat dua perusahaan besar yakni PT Bosowa Group dan PT Hadji Kalla Group.

Menurut Fahmin, pihaknya cukup intensif membangun komunikasi dan menyosiaisasikan pada kedua purasahaan itu untuk bergabung di pasar modal alias "go public". Hanya saja, hingga saat ini kedua perusahaan itu belum turun ke pasar modal.

"Dari informasi yang kami peroleh, Kalla Group sudah berencana untuk menerbitkan obligasi, sedang Bosowa Group sendiri tidak memiliki kendala untuk melakukan 'go public', bahkan sudah memiliki sekuritas sendiri. Jadi tinggal mencari momentum saja ," ujarnya.

Semua upaya yang telah dijalankan KSEI dengan para mitranya diharapkan membuahkan hasil yang lebih baik untuk memunculkan investor-investor baru.

KSEI selaku lokomotif pasar modal, wajarlah jika terus berusaha menggandeng gerbong berikut penumpangnya untuk sampai ke tujuan yakni kesejahteraan bersama. Kaswir

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024