Makassar (ANTARA Sulsel) - Karya seni yang tak pernah "mati" seperti buah karya almarhum Asdar Muis RMS telah mampu menggugah mantan Presiden Megawati untuk mengambil kebijakan pembangunan Pantai Losari, Makassar.

"Lewat puisinya, seniman Asdar ketika itu mampu menggugah hati Megawati Sukarnoputri yang menjabat sebagai presiden waktu itu yang berakhir dengan persetujuan pendanaan relokasi Pantai Losari yang bernilai Rp50 miliar," kata Wali Kota Makassar Ramdhan Pomanto mengenang almarhum Asdar disela-sela peringatan ke-40 hari meninggalnya seniman Sulsel, Minggu.

Dia mengatakan, tanpa sentuhan hati dan gugatan hati dari seorang Asdar, Losari tidak akan bisa seperti sekarang ini.

Sementara itu, peringatan immemoriam jurnalis yang berjiwa seni itu dihadiri oleh sahabat, kerabat, kaum jurnalis dan seniman kota Makassar ini disuguhi beberapa pementasan seni dan berbagi kenangan dari mereka yang pernah menjadi murid maupun mahasiswa dari almarhum.

Ramdhan yang akrab disapa Dani mengatakan, almarhum Asdar telah mengajarkan bagaimana hidup yang tak pernah mati melalui karya-karyanya.

�Almarhum mengajarkan kita bagaimana kehidupan yang tak pernah mati, kita bisa melihat melalui karya-karya yang beliau tinggalkan," ujarnya.

Semenara itu, salah satu sahabat almarhum yang ikut berbagi cerita yakni Andi Yayat Pangerang mengatakan, Asdar dan karya-karyanya layak mendapat penghargaan dengan cara apa pun.

Kesan yang lain pun datang dari Redaktur Harian Tempo, Irmawati yang mengatakan, almarhun dianggap sebagai "Perpustakaan Berjalan", karena mampu menjadi orang yang bisa menjawab segala pertanyaan khususnya di bidang jurnalistik.

Hal ini sama juga diutarakan oleh adik bungsu almarhum, Nanang Muis.

"Almarhum tidak hanya sekadar kakak bagi saya, dia juga sahabat dan ayah bagi saya. Beliau adalah orang yang luar biasa dan saya tetap merasa dia selalu ada bersama kami," ujar ayah tiga putra ini seraya mengimbuhkan, bagi setiap orang yang mengenal dan mengenang beliau, seorang Asdar tetap lestari dan dilestarikan oleh penerusnya. Nurul H   

Pewarta : Suriani Mappong
Editor :
Copyright © ANTARA 2024