Makassar (ANTARA) - Program Jumat Berkah yang digagas para pegawai Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan kini menjadi salah satu kegiatan keagamaan paling konsisten di Kota Makassar dan jamaahnya kian bertambah.
Berlangsung hampir satu tahun, program ini rutin dipusatkan di Masjid Ashhabul Jannah yang berada di lingkungan kantor di Jalan Sultan Alauddin dan jalan Perintis Kemerdekaan di Kota Makassar.
Kegiatan yang sepenuhnya berjalan atas dasar swadaya dan sedekah jamaah, serta kontribusi para pegawai Dinas perpustakaan dan kearsipan. beberapa pegawai dari Balai Bahasa dan Dinas Pendidikan dan masyarakat ikut andil.
Mohammad Hasan seorang Pustakawan Ahli Utama yang juga menjadi salah satu pembina program Jumat Berkah, menegaskan kegiatan ini sama sekali tidak menggunakan dana dinas. "Pendanaan tidak dikaitkan dengan dana-dana dinas. Kegiatan ini murni dari sodakoh dan infak jamaah,” ujarnya.
Sebelum program ini hadir, jumlah jamaah salat Jumat di lingkungan Dispussip hanya berkisar 150 orang. Kini, setelah hampir setahun berjalan, jumlah tersebut melonjak mencapai 450—500 jamaah setiap pekan.
Lonjakan ini datang dari berbagai kalangan masyarakat umum, mahasiswa, karyawan kantoran, pedagang, hingga pengemudi ojek online.
“Alhamdulillah, sekarang jamaah sudah stabil di angka 400 lebih. Banyak pegawai Balai Bahasa, Balai Sejarah, dan warga sekitar ikut meramaikan. Bahkan mahasiswa, ojol dan karyawan toko juga mulai rutin hadir,” kata Hasan.
Karena jumlah jamaah semakin padat, sebagian peserta kini harus melaksanakan salat di area taman masjid.
Setiap Jumat, panitia menyediakan hidangan beragam berupa bakso, nasi kotak, soto, kue, camilan, air gelas, dan es teh. Sebagian makanan dibawakan langsung oleh jamaah sebagai bentuk partisipasi.
Dalam sekali gelaran, kebutuhan konsumsi Jumat Berkah dapat mencapai Rp5 juta, seluruhnya dari donasi masyarakat.
“Ini bukan soal pemasukan masjid. Rekeningnya berbeda dan pendanaannya juga berbeda. Semua transparan dan khusus untuk kegiatan Jumat Berkah,” jelas Hasan.
Program ini dinilai sangat membantu masyarakat sekitar, khususnya para pengemudi ojol dan pekerja harian yang sering menjadikan kegiatan ini sebagai tempat singgah setelah salat Jumat.
Meski jumlah jamaah bertambah besar, Hasan menegaskan bahwa kegiatan ini tetap berjalan apa adanya tanpa dekorasi berlebihan.
“Kami tidak mengubah tempatnya, tidak pasang tenda. Makan pun jamaah lakukan di emperan atau di taman masjid ashhabul jannah, dan terkadang dibawa pulang sesuai kondisi,” ungkapnya.
Hasan menyampaikan harapannya agar kegiatan serupa dapat menginspirasi instansi lain di Sulawesi Selatan.
“Kegiatan seperti ini adalah amalan. Kalau kita banyak bershodaqoh, kita akan terhindar dari mara bahaya dan bala. Ini juga sebagai bentuk syiar agama. Semoga dinas-dinas lain ikut mencontoh. Kalau perlu, kita perbesar lagi manfaatnya,” tuturnya.