Bantaeng, Sulsel (ANTARA Sulsel) - Tim Reaksi Cepat (TRC) Pandu Gempita Sipakatau Kabupaten Bantaeng mendeteksi adanya anak jalanan dan pekerja anak asal Kabupaten Bantaeng yang berkeliaran dan bekerja di Kabupaten Sinjai.

"Respon cepat dilakukan untuk mengetahui kondisi di lapangan sebab ini juga menyangkut citra daerah. Ini juga sekaligus bukti bahwa kami respons terhadap setiap persoalan warga Bantaeng dimanapun berada," ujar Penanggungjawab P2TP2A Bantaeng Asruddin Anwar, sepulang dari Sinjai, Senin.

Para pekerja anak tersebut dinilai meresahkan warga Sinjai, seperti diberitakan salah satu media online di daerah itu. Berdasarkan informasi tersebeut TRC yang terdiri atas beberapa Kepala SKPD, TKSK dan Tagana langsung menuju lokasi di Sinjai.

Asruddin yang juga Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) mengatakan, Tim Terpadu yang yang merupakan bentuk sinergitas antar SKPD ini dibentuk untuk mengatasi masalah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Bantaeng maupun di luar Bantaeng.

Mantan Camat Bantaeng dan Uluere itu mengatakan, sebelum melakukan kegiatan lapangan, pihaknya berkoordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Sinjai.

Selain itu, juga dilakukan koordinasi dengan Badan PP dan KB, Kantor Dinas Perhubungan Kabupaten Sinjai serta Kasat Lantas Polres Sinjai, AKP Irwan Baddu.

"Alhamdulillah, kami diterima dengan baik oleh pejabat SKPD di Sinjai dengan penuh persaudaraan dan akrab, dan sekaligus membahas pokok masalah dan sekaligus menjalin kemitraan khususnya penanganan PMKS dimaksud," tambah Kepala Sekretariat UPT SPMKS Pandu Gempita Sipakatu Syahrul Bayan.

Syahrul yang juga Kadis Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantaeng mengaku menemui langsung beberapa pekerja anak sebagai buruh pengangkut batu merah asal Bantaeng.

"Mereka bekerja di belakang Kantor Dinas Perhubungan Kabupaten Sinjai," ujarnya.

Berdasarkan wawancara, diakui ada sekitar 30-an truk yang beroperasi di Sinjai membawa batu merah.

Truk tersebut terkadang membawa anak antara dua sampai lima orang sehingga ada sekitar 200-an orang.

"Kami juga menerima informasi adanya pengemis dan anak jalanan yang mengaku dari Bantaeng.

Konon, para pengemis itu diorganisir oleh oknum yang tidak bertanggungjawab," ujar mantan Kabag Humas dan Protokol Kabupaten Bantaeng.

Hasil deteksi ini akan dibuat rekomendasi, bagaimana mengembalikan pekerja anak tersebut untuk tetap kembali ke dunianya, misalnya memasukkan kembali di sekolah atau ada Kelompok Belajar dari Dikpora.

Bahkan diupayakan Program Keluarga Harapan, dan untuk pelaku dunia usaha khususnya pengusaha batu merah, kami akan merekomendasikan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan khususnya Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Program Jaminan Kematian (JKM), tambah Syahrul Bayan yang lebih akrab disapa SBY.(hms)
Agus Setiawan

Pewarta : Nurhaya J Panga
Editor :
Copyright © ANTARA 2024