Makassar (ANTARA Sulsel) - Komisi D DPRD Sulawesi Selatan langsung menjadwalkan pemanggilan terhadap manajemen Angkasa Pura I terkait ambruknya hanggar Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makasar yang menelan korban jiwa dan luka.

"Yang pertama-tama, kita ucapkan belasungkawa terhadap keluarga korban yang meninggal pada saat pembangunan hanggar bandara, kemudian agenda selanjutnya dengan menghadirkan pihak bandara untuk menjelaskan robohnya hanggar itu," jelas anggota Komisi D DPRD Sulsel, Selle KS Dalle di Makassar, Senin.

Dia mengatakan, ambruknya hanggar bandara ini menjadi pertanyaan besar bagi DPRD karena seharusnya hanggar ini dibangun dengan konstruksi yang sangat kokoh.

Namun dalam pembangunannya, hanggar malah ambruk yang kemudian menjadi tanda tanya besar. Karenanya, pihaknya akan meminta penjelasan secara terperinci dari pihak Angkasa Pura I tersebut.

"Pembangunan hanggar menjadi objek yang harusnya dikerjakan dengan kokoh. Ambruknya bangunan tersebut sangat disayangkan, apalagi sampai menelan korban jiwa dan luka," tegasnya.

Legislator Partai Demokrat Sulsel ini pun menegaskan, akan meminta pertanggungjawaban pemenang proyek hanggar dimaksud. Namun begitu, pihaknya terlebih dahulu mengunjungi lokasi untuk mengetahui lebih jelas penyebab ambruknya hanggar tersebut.

"Kami meminta pemenang tender memberikan asuransi kepada seluruh korban. Baik itu yang luka, terlebih lagi korban jiwa," pungkasnya.

Communication and Legal Section Head PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Rio Hendarto yang dikonfirmasi terpisah menyebutkan, total korban sebanyak 17 orang. Dimana lima di antaranya meninggal.

"Lima orang yang meninggal. Dua meninggal di tempat kejadian karena tertimpa reruntuhan, tiga meninggal di rumah sakit (RS Daya, RS Wahidin Sudirohusodo, RS TNI Angkatan Udara Dr Dody Sarjito). Korban yang meninggal di tempat langsung dilarikan ke RS Bhayangkara," terangnya.

Rio Hendarto sendiri mengaku belum mengetahui pasti mengenai penyebab ambruknya hanggar dimaksud. Dia belum bisa memberikan kesimpulan, apakah mengenai konstruksi atau sebab lainnya.

Informasi yang diperoleh, lima korban meninggal masing-masing berasal dari Pulau Jawa, Medan, dan Kabupaten Pangkep. Mereka adalah; Iqbal situmorang (30), Parulian Siagian (35), Asri (30), Herri Iswanto (40), dan Mohammad Jufri (21).

Sementara korban yang luka-luka, antara lain Yakob Jumair Dajo (34), Zulkarnaen (46), Ali Syafei (25), Kasturi (55), Faris (21), dan Antonius Neneng. Sementara enam korban luka lainnya belum diketahui identitasnya.

Pewarta : Muh Hasanuddin
Editor :
Copyright © ANTARA 2024