Mamuju (ANTARA Sulbar) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Barat, kini tengah serius mengembangkan kepiting soka (kepiting dengan cangkang lunak) dalam mendukung peningkatan ekonomi masyarakat nelayan.

"Sebenarnya pelatihan budi daya kepiting soka telah dimulai tahun lalu, dan hasilnya sudah kita rasakan sekarang. Namun begitu, produksinya belum besar sehingga belum ada kerja sama yang dibangun untuk pemasaran," kata Kepala DKP Sulbar Parman Parakkasi di Mamuju, Kamis.

Menurut dia, untuk meningkatkan budidaya kepiting Soka maka ia menggaet pakar dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, untuk melatih sejumlah petambak yang ada di Mamuju.

"Kepiting dengan cangkang lunak ini sangat banyak digemari karena kulitnya bisa konsumsi bersamaan dengan dagingnya. Kepiting ini bahkan telah menjadi komoditas ekspor ke Eropa dan Asia. Di pasaran lokal, kepiting soka dihargai antara Rp60.000 sampai Rp80.000 per kg," katanya menjelaskan.

Parman menyebutkan, ditengah tingginya permintaan sekarang ini belum dibarengi jumlah petambak yang membudidayakan komoditi bernilai ekspor tersebut.

Untuk itu, DKP Sulbar berupaya melakukan pembinaan secara teknis maupun non teknis kepada para petambak, untuk menekuni ini.

Jika biasanya orang enggan mengonsumsi kepiting karena harus berjuang mendapatkan daging yang berada di antara cangkang yang keras, kini tak perlu repot lagi.

"Kulit atau cangkang kepiting soka yang lunak bisa ikut di makan. Bahkan berdasarkan penelitian, dengan memakan cangkangnya dapat meminimalisir kolesterol," ungkap Parman.

Kepala Bidang Perikanan Budidaya DKP Sulbar Masdia Mansur, mengatakan pengembangan kepiting soka di Sulbar berbeda dari daerah lainnya.

"Kami menyuntikkan ekstrak bayam ke kepiting bakau, tiga jam kemudian maka cangkang kepiting akan mengelupas sendiri. Setelah itu dimasukkan ke air tawar untuk menghilangkan rasa amis. Kalau di daerah lain, mereka masih mengupas sendiri cangkangnya, padahal itu menyakiti makhluk hidup," katanya menyebutkan.

Masdia melihat, potensi pengembangan kepiting soka di Sulbar cukup tinggi karena daerah ini memiliki wilayah tanaman bakau yang cukup luas. Terutama pada wilayah Mamuju Tengah, yang dapat dimanfaatkan untuk pembibitan kepiting.

Ia menyampaikan, hingga kini DKP Sulbar belum menentukan target produksi kepiting soka per tahun. Alasannya, belum ada hasil panen secara massif untuk dijadikan sebagai acuan awal penetapan target produksi.

"Sejauh ini kita masih dalam tahap sosialisasi dan pelatihan bagi masyarakat. Hasilnya belum bisa maksimal sehingga belum menjadi standar target tahun ke depan. Namun dengan upaya yang kita lakukan terus menerus, mungkin tahun depan sudah ada hasil untuk menjadi acuan target produksi di provinsi ini," simpulnya.

Pewarta : Aco Ahmad
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024