Kupang (ANTARA Sulsel) - Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Timur memperkirakan tingkat inflasi Juni 2015 di daerah berbasis kepulauan itu di bawah satu persen.

"Kisaran inflasi di NTT antara 0,19 hingga 0,63 persen pada Juni 2015 atau masih tetap berada di bawah satu persen seperti yang terjadi pada Mei 2015 sebesar 0,45 persen," kata  Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Timur, Naek Tigor Sinaga di Kupang, Selasa.

Ia mengatakan, inflasi di bawah satu persen itu dipicu oleh biaya transportasi udara dari dan ke berbagai daerah di dalam dan luar NTT yang berada di atas batas (melebihi batas maksimum) yang selama ini berlaku dan telah diketahui publik.

"Padahal publik lupa bahwa saat ini harga tiket sangat ditentukan oleh jumlah permintaan penumpang dan dapat saja berubah naik atau turun sewaktu-waktu secara nasional bahkan internasional sehingga perlu dimaklumi," katanya.

Hal ini yang menyumbang terjadi inflasi besar dibandingkan dengan jasa atau sektor lain yang kecil sekali baik bulan ke bulan atau tahun ke tahun (yoy).

Ia menyebut kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,08 persen.

Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks terbesar terjadi pada kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan yang naik sebesar 0,93 persen, diikuti oleh kelompok sandang yang mengalami kenaikan sebesar 0,75 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang naik 0,64 persen.

"Laju inflasi tahun kalender (Januari-Mei 2015) kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau adalah kelompok yang mengalami kenaikan indeks tertinggi, yakni sebesar 3,51 persen," katanya.

Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan tertinggi terjadi pada Mei 2015 adalah kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan yang naik sebesar 0,93 persen.

Hingga Mei inflasi terjadi di NTT mencapai 6,04, sedangkan nasional mencapai mencapai 7,15.

Ia memprediksi inflasi hingga akhir 2015 di NTT akan mencapai empat persen plus satu atau antara 3 persen hingga 5 persen, sementara untuk tingkat nasional (yoy) berkisar 7,15 persen.

Karena itu, Bank Indonesia akan memperkuat kebijakan dan meningkatkan koordinasi pengendalian inflasi dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah untuk meminimalkan dampak lanjutan yang ditimbulkan serta mengelola ekspektasi inflasi masyarakat.

Dalam penguatan koordinasi pengendalian inflasi, khususnya di Provinsi NTT, Bank Indonesia mengharapkan kabupaten/kota yang saat ini belum membentuk TPID, agar segera membentuknya dan dapat berjuang bersama-sama dalam mencapai inflasi yang rendah dan stabil di NTT.

"Dengan berbagai program nyata dari TPID dan melalui dukungan semua pihak, angka inflasi di NTT pada angka 2015, diharapkan dapat terjaga pada kisaran 4,6 persen hingga 5,0 persen (yoy) atau sesuai target Bank Indonesia sebesar 4 persen untuk (yoy).

Pewarta : Hironimus Bifel
Editor :
Copyright © ANTARA 2024