Makassar (ANTARA Sulsel) - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Nusantara mendesak pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan kabut asap yang melanda berbagai tempat akibat pembakaran hutan.

"Kami mendesak pemerintah segera mengambil tindakan tegas dan menetapkan serangan kabut asap adalah bencana nasional yang penanganannya harus skala prioritas dan serius tidak setegah setengah," kata perwakilan BEM se-Nusantara Wiwin Andi Sulaiman saat aksi damai di Monumen Mandala, Makassar, Rabu.

Menurut dia kondisi tersebut mengakibatkan timbulnya penyakit seperti Infeksi Saluran Pernapasan atau Ispa hingga hilangnya nyawa seseorang yang diakibatkan bencana asap serta tergangunya aktivitas masyarakat setempat.

Selain itu biaya operasional pemadaman api dilahan tersebut tidak sedikit. Tidak hanya itu pemerintah didesak agar transparan membuka siapa korporasi penyebab kabut asap tebal di Sumatera, Papua, Kalimantan dan daerah lainnya.

"Pemerintah harus transparan siapa saja korporasi-korporasi yang mengakibatkan timbulnya asap kebal yang sangat menggangu persoalan negara kita. Kabuat asapa terjadi hampir setiap tahun namun sanksi bagi korporasi atau perusahan nakal pembalakan hutan tidak dihukum berat sehingga efek jera tidak mempan," tandasnya.

Dia menyebutkan kabut asap adalah cara melumpuhkan kehidupan masyarakat dan ini harus diselesaikan secara tegas dan tidak terulang para tahun berikutnya. Momentum hari sumpah pemuda ini diharapkan menjadi pemersatu agar pemerintah segara melakukan evaluasi terkait musibah langganan tiap tahun itu.

"Pemerintah harus segera menyelesaikan permasalahan ini dan harus tegas memberikan hukuman seberat-beratnya bagi korporasi yang sengaja membakar lahan untuk kepentingan perusahaaannya tanpa melihat dampak yang ditimbulkan hingga keluar negeri," tegasnya.

Pertemuan BEM se Nusantara itu dihadiri 94 perwakilan dari seluruh kampus di Indonesia. Momentum temu BEM se Nusantara ke-8 yang dilaksanakan di kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) yang berlangsung pada 25-31 Oktober 2015 untuk membahsa sejumlah persoalan kekinian.

Pewarta : Darwin Fatir
Editor :
Copyright © ANTARA 2024