Makassar (ANTARA Sulsel) - Kementerian Agama (Kemenag) Sulawesi Selatan (Sulsel) diharapkan mampu menjadi filter untuk menangkal paham radikal dan arus kebudayaan asing yang diyakini semakin pesat di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

"Saat ini kita telah memasuki MEA, arus informasi melalui dunia digital juga semakin tak terbendung, kalau tidak ada agama yang memfilternya, ini bisa menjadi kerawanan baru bagi bangsa," kata Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo pada upacara Peringatan Hari Amal Bhakti Kemenag ke-70 di Makassar, Minggu.

Kementerian Agama, kata gubernur, harus mampu memberikan pemahaman Islam, Kristenian, Hindu dan Budha yang benar.

"Islam misalnya sebagai `rahmatan lil alamin,` dan Kristen dengan ajaran cinta kasih," ujarnya.

Karena itu, kata gubernur, agama tidak boleh diatasnamakan untuk melakukan pendzaliman.

"Tidak boleh meneriakkan nama Allah tetapi mengancam orang," katanya.

Kanwil Kemenag, kata gubernur, memiliki peran yang tidak sedikit untuk menjaga moralitas bangsa.

"Ini adalah sesuatu yang tidak bisa diukur, tetapi bisa dirasakan dalam kehidupan bernegara kita, seperti kedamaian, dan tumbuhnya toleransi," tambah gubernur.

Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kemenag Sulsel Abdul Wahid Thahir mengatakan pihaknya terus berupaya bersinergi dengan Pemprov Sulsel dalam pembangunan, khususnya keagamaan.

"Kalau agama jalan baik, maka semua akan baik," ujarnya.

Ia menuturkan, Kemenag Sulsel akan membuat khutbah Jumat seragam yang akan dibacakan khatib.

"Tujuannya, agar masyarakat bisa mengetahui pembangunan di Sulsel dan anak-anak juga terhindar dari kontaminasi paham radikal," pungkasnya.

Pewarta : Nurhaya J Panga
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024