Makassar (ANTARA Sulsel) - Tenaga pengajar Sekolah Dasar menyebut metode pemberajaran Buku Besar (B2) dan Buku Bacaan Berjenjang (B3) dinilai efektif meningkatkan motivasi siswa belajar membaca.
"Saya melihat sendiri banyak sekali perubahan perilaku belajar siswa setelah kami menerapkan buku bacaan berjenjang dan buku besar di sekolah," ujar Abdul Muhsin, guru kelas III SDN Kakatua Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu.
Menurut dia, B2 merupakan buku yang bisa dicetak oleh penerbit atau didesain sendiri oleh guru dengan aturan-aturan tertentu dan menyesuaikan dengan pelajarannya.
B3 telah membuat para siswa terhipnotis untuk terus mengikuti proses belajar membaca sambil memahami.
"Buku Besar ini bisa menjadi media pengajaran alternatif bagi guru, disamping buku paket, terutama pengajarannya di kelas awal," ucapnya.
Dirinya menganalogikan ibarat seperti semut yang mencari gula. Mereka bersemangat dan antusias untuk menebak kata, menebak cerita berikutnya dan menceritakan kembali isi cerita. Sebelumnya, belajar membaca dilakukan tenaga pengajar tidak seperti itu.
Salah satu penyebab meningkatnya motivasi siswa tersebut adalah teknik menggunakannya yang membuat siswa merasa terlibat dan tertantang dalam bacaan buku ini.
"Saat membaca bersama, siswa duduk lesehan atau di bangku. Penggunaan teknik menebak kata, menebak cerita selanjutnya, dan elaborasi gambar telah mendorong keberanian mereka untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Mereka berebutan mengacungkan tangan karena telah memahami bacaan yang dibacanya," tambah Muchlis.
Hal senada dituturkan Guru kelas I SDN Tunggul Patompo 1 Makassar Fajriahsari Sullaisah mengatakan Buku Besar saat membaca bersama-sama membuat siswa serasa terhiptonis dan terkonsentrasi dengan menyimak buku tersebut.
"Jarang ada yang mengobrol antar mereka sendiri. Siswa menjadi sangat aktif mengikuti proses-proses pelajaran. Membaca sambil memahami bacaan dengan teknik-teknik membaca buku bacaan berjenjang meningkatkan keaktifan mereka," tuturnya.
Selain itu metode ini diyakini akan memicu semangat guru dalam mengajar.
Terbukti, lanjutnnya, Beberapa orang tua siswa datang ke sekolah dan bercerita bahwa semangat belajar anak mereka menjadi meningkat setelah diajarkan metode B2 dan B3.
"Hal ini membuat saya pribadi dan teman-teman yang menggunakan model buku ini, semakin bersemangat untuk mengajar," katanya.
Secara terpisah Penanggungjawab Buku Bacaan Berjenjang (B3) yang dibuat tim kreatif USAID Prioritas Pendidikan Hamsah menilai metode pemberajaran Buku Besar dan B3 dinilai efektif meningkatkan motivasi siswa dalam proses belajar membaca.
"Memakai buku ini perlu teknik khusus dan perlu dilatih dahulu," katanya.
Tim USAID Prioritas Pendidikan ini menyampaikan telah mendonasikan lebih dari tujuh ratus ribu B3 dan B2 di wilayah Sulawesi Selatan.
Hamsah mengemukakan membaca dan memahami bacaan adalah keterampilan dasar yang mesti dimiliki anak sejak kelas awal.
Kalau tidak, kata dia, tanpa memiliki keterampilan memahami bacaan dengan cepat maka siswa seterusnya sulit menyerap pelajaran. ,
"Kebanyakan siswa lancar membaca, tapi tidak memiliki ketrampilan memahami bacaan. Sehingga literasi di Indonesia termasuk terendah di dunia," beber dia.
"Saya melihat sendiri banyak sekali perubahan perilaku belajar siswa setelah kami menerapkan buku bacaan berjenjang dan buku besar di sekolah," ujar Abdul Muhsin, guru kelas III SDN Kakatua Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu.
Menurut dia, B2 merupakan buku yang bisa dicetak oleh penerbit atau didesain sendiri oleh guru dengan aturan-aturan tertentu dan menyesuaikan dengan pelajarannya.
B3 telah membuat para siswa terhipnotis untuk terus mengikuti proses belajar membaca sambil memahami.
"Buku Besar ini bisa menjadi media pengajaran alternatif bagi guru, disamping buku paket, terutama pengajarannya di kelas awal," ucapnya.
Dirinya menganalogikan ibarat seperti semut yang mencari gula. Mereka bersemangat dan antusias untuk menebak kata, menebak cerita berikutnya dan menceritakan kembali isi cerita. Sebelumnya, belajar membaca dilakukan tenaga pengajar tidak seperti itu.
Salah satu penyebab meningkatnya motivasi siswa tersebut adalah teknik menggunakannya yang membuat siswa merasa terlibat dan tertantang dalam bacaan buku ini.
"Saat membaca bersama, siswa duduk lesehan atau di bangku. Penggunaan teknik menebak kata, menebak cerita selanjutnya, dan elaborasi gambar telah mendorong keberanian mereka untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Mereka berebutan mengacungkan tangan karena telah memahami bacaan yang dibacanya," tambah Muchlis.
Hal senada dituturkan Guru kelas I SDN Tunggul Patompo 1 Makassar Fajriahsari Sullaisah mengatakan Buku Besar saat membaca bersama-sama membuat siswa serasa terhiptonis dan terkonsentrasi dengan menyimak buku tersebut.
"Jarang ada yang mengobrol antar mereka sendiri. Siswa menjadi sangat aktif mengikuti proses-proses pelajaran. Membaca sambil memahami bacaan dengan teknik-teknik membaca buku bacaan berjenjang meningkatkan keaktifan mereka," tuturnya.
Selain itu metode ini diyakini akan memicu semangat guru dalam mengajar.
Terbukti, lanjutnnya, Beberapa orang tua siswa datang ke sekolah dan bercerita bahwa semangat belajar anak mereka menjadi meningkat setelah diajarkan metode B2 dan B3.
"Hal ini membuat saya pribadi dan teman-teman yang menggunakan model buku ini, semakin bersemangat untuk mengajar," katanya.
Secara terpisah Penanggungjawab Buku Bacaan Berjenjang (B3) yang dibuat tim kreatif USAID Prioritas Pendidikan Hamsah menilai metode pemberajaran Buku Besar dan B3 dinilai efektif meningkatkan motivasi siswa dalam proses belajar membaca.
"Memakai buku ini perlu teknik khusus dan perlu dilatih dahulu," katanya.
Tim USAID Prioritas Pendidikan ini menyampaikan telah mendonasikan lebih dari tujuh ratus ribu B3 dan B2 di wilayah Sulawesi Selatan.
Hamsah mengemukakan membaca dan memahami bacaan adalah keterampilan dasar yang mesti dimiliki anak sejak kelas awal.
Kalau tidak, kata dia, tanpa memiliki keterampilan memahami bacaan dengan cepat maka siswa seterusnya sulit menyerap pelajaran. ,
"Kebanyakan siswa lancar membaca, tapi tidak memiliki ketrampilan memahami bacaan. Sehingga literasi di Indonesia termasuk terendah di dunia," beber dia.