Makassar (ANTARA Sulsel) - PT Pos Indonesia menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga Rp10 triliun tahun 2016 atau naik 100 persen dibandingkan pemasukan 2015 yang Rp5 triliun.

Kepala Regional X PT Pos Indonesia, Rahmat Eka Haryanto di Makassar, Kamis, mengatakan target itu cukup realistis jika melihat berbagai program baru atau agenda kerja sama dengan berbagai pihak yang mulai dilaksanakan tahun ini.

"Kami tentunya tetap berharap pada pendapatan sebelumnya seperti pengiriman paket dan sebagainya. Namun kita juga siap melakukan kerja sama baru agar target kita untuk nasional itu bisa mencapai Rp10 triliun," ujarnya.

Dari Rp10 triliun target nasional itu, kata dia, hingga tiga bulan ini mulai Januari hingga Maret 2016 telah mencapai angka Rp1,3 triliun. Artinya memang masih kurang sekitar Rp1,2 triliun dari sekitar 25 persen pendapatan selama tiga bulan atau Rp2,5 trilun.

Pihaknya juga mengaku jika untuk awal tahun memang agar melambat. Sebab selama tiga bulan itu biasanya instansi belum memiliki anggaran untuk mengirim. Termasuk perusahaan juga anggarannya biasanya baru turun di awal-awal April.

Dengan demikian, kata dia, mulai bulan ini memang diprediksi akan meningkat anggarannya sekaligus membuat pemasukan PT Pos Indonesia juga akan bisa memenuhi target dalam setiap bulan.

"Pengalaman-pengalman lalu, April itu sudah mulai kembali meningkat anggarannya. Kami tentunya juga akan terus memaksimalkan berbagai program dan pelayanan agar bisa menjadi pilihan masyarakat," ujarnya.

Selain program, pihaknya juga fokus dalam mengubah `imej` mulai dari tempat atau gedung Pos Indonesia yang lebih bersih dan indah serta pelayanan pegawai yang lebih bersahaya dalam menyambut tamu.

Hal itu memang sudah diinstruksikan sejak awal agar pegawai bisa memberikan senyum dan santun dalam menghadapi pelanggan. Ini juga sebagai upaya untuk menjaga persaingan di era yang serba digital ini.

Mengenai kondisi yang tejadi, dirinya mengakui memang kini mengalami jauh peningkatan dibandingkan sebelumnya. Saat itu perusahaan negara ini begitu mengalami kesulitan dan bahkan dikatakan bangkrut karena tidak lagi mampu membayar gaji pegawai sendiri.

Bahkan yang lebih memprihatinkan, kata dia, pihaknya harus menjual aset yang ada untuk membiayai atau melunasi gaji pegawai yang memang relatif cukup besar.

Hal itu terjadi, lanjut dia, karena masyarakat sudah berubah dari yang sebelumnya rutin mengirimkan surat justru beralih ke sms, bbm, dan sejenisnya saat gempuran produk elektronik seperti HP menjamur di masyrakat.

"Namun pada akhirnya kita bisa bangkit dan bertahan hingga kembali mampu memberikan keuntungan. Ini tentu harus menjadi pelajaran khususnya bagi mahasiswa untuk terus berupaya mencari alternatif dan solusi terbaik untuk bisa meraih sukses," ujarnya.

Pewarta : Abd Kadir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024