Makassar, (Antara) - Seiring dengan perkembangan ekonomi di Indonesia pasca era reformasi merebak, perusahaan pembiayaan multiguna juga berkembang memasuki abad ke-21 dan sejumlah kebutuhan masyarakat pun satu per satu terpenuhi.

Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan rumah tangga seperti barang elektronik, handphone dan perabot rumah tangga, umumnya dengan cara menyicil bagi kalangan menengah ke bawah.

Hal itu, selain dianggap lebih ringan tanpa harus membayar kontan atau sekaligus, juga memberikan peluang untuk memenuhi kebutuhan lainnya secara bersamaan dengan keterbatasan anggaran rumah tangga seperti yang diungkapkan salah seorang pengguna jasa pembiayaan saat ditemui di Toko Alaska, Makassar, Subaedah.

"Sebagai guru honor, tentu untuk memenuhi semua kebutuhan rumah tangga sangatlah sulit. Jadi, dengan adanya bantuan membeli barang secara kredit lewat perusahaan pembiayaan, saya bisa membeli yang dibutuhkan dan biaya anak-anak sekolah juga bisa terpenuhi," katanya.

Ibu dari tiga orang putra ini mengaku, membeli oven listrik di toko itu dengan bantuan perusahaan pembiayaan Home Credit Indonesia (HCI). Cukup dengan memperlihatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan mengisi formulir, maka sudah dapat membawa barang pulang ke rumah.

Dia mengatakan, untuk membantu perekonomian keluarganya, maka juga menjual kue kering dan dengan oven listrik itu bisa membantu kelancaran usahanya, tanpa perlu membeli secara "cash".

Potret dari kisah guru honorer itu hanya sepenggal dari bentuk pemahaman dari jasa pembiayaan yang nota bene adalah literasi keuangan.

Sedang jasa pembiayaan multiguna yang digunakan Subaedah, yakni HCI merupakan salah satu perusahaan pembiayaan yang beroperasi di Kota Makassar.

Sementara pengetahuan masyarakat terkait jasa pembiayaan maupun pemanfaatannya di lapangan, bagi yang berdomisili di tengah kota sudah familiar. Namun yang berada di pinggiran kota, masih butuh sosialisasi dan edukasi terkait jasa keuangan yang di dalamnya termasuk jasa pembiyaan.

Mencermati hal itu, perusahaan jasa pembiyaan asal Ceko sejak keberadaannya di Indonesia pada 2012 selain menjalankan fungsinya dalam mempermudah masyarakat mendapatkan barang kebutuhannya, juga membantu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam memberikan edukasi untuk literasi keuangan.

Hal itu dikemukakan Presdir dan Chief Executive Officer (CEO) PT HCI Mr Jaroslav Geisler disela-sela sosialisasi HCI di Makassar pada 29 Februari 2016.

"Ini merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk membantu OJK dalam menjalankan program literasi keuangan pada masyarakat," kata Mr Geisler yang didampingi Chief External Affairs Officers PT HCI Andy Nahil Gultom.

Dia mengatakan, untuk mendukung kegiatan tersebut, pada 2015 pihaknya sudah melakukan enam kali kegiatan bersama OJK untuk memberikan edukasi literasi keuangan.

Hal itu dinilai penting, agar masyarakat mengetahui cara mengatur keuangan dan juga mengakses modal perbankan atau pun lembaga pembiyaan.

Pada periode 2016 kegiatan itu akan dilanjutkan kembali dengan bermitra dengan OJK di sejumlah daerah. Sebagai gambaran dari kegiatan itu adalah memberikan sosialisasi dan edukasi literasi keuangan pada kalangan mahasiswa.

Literasi Keuangan

Masih rendahnya pengetahuan masyarakat terkait produk dan layanan keuangan, khususnya masyarakat yang berada di daerah, tentu menjadi tantangan bagi OJK untuk terus melakukan literasi keuangan.

"Apabila ada 100 orang ditanya tentang produk dan layanan jasa keuangan, maka hanya 21 atau 22 orang saja yang mengerti," kata Kepala Kantor OJK Wilayah VI, Bambang Kiswono seusai memberikan edukasi jurnalis tentang peran dan fungsi OJK di Makassar, Selasa (24/5).

Berdasarkan hasil survei OJK 2013 diketahui, indeks literasi keuangan tercatat 21,8 persen secara nasional. Kondisi itu, menempatkan Indonesia jauh dibawah negara tetangga misalnya Singapura literasi keuangannya sudah mencapai 98 persen, Thailand 77 persen, Malaysia 66 persen dan Filipina 27 persen. Untuk meningkatkan persentase indeks literasi keuangan tersebut, pihak OJK menggandeng perusahaan jasa pembiayaan dan perguruan tinggi.

Salah satu diantaranya yang menjadi mitra OJK dalam mendorong literasi keuangan ini adalah HCI. Menurut Mr Geisler dari HCI , periode 2015 edukasi literasi keuangan itu bersama OJK Wilayah VI sudah dilakukan enam kali dengan mengedukasi mahasiswa agar informasi dan ilmu yang diperoleh dapat disebarkan ke masyarakat desa, ketika mahasiswa itu melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ataupun Praktek Kerja Lapang (PKL).

Menurut Bambang dari OJK Wilayah VI pada keterangan terpisah, untuk literasi keuangan itu salah satu sasarannya adalah mahasiswa. Pertimbangan memilih mahasiswa, karena selain sebagai orang terdidik yang mampu menyerap cepat penjelasan yang diberikan.

Selain itu, lanjut dia, mahasiswa juga diharapkan mampu menyosialisasikan pengetahuannya saat terjun ke lapangan untuk melaksanakan Tri Darma perguruan tingginya. Menyikapi hal itu, salah seorang mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM), Rusli yang sudah mendapatkan edukasi literasi keuangan mengatkatan, pengetahuan yang diperolehnya itu akan disebarkan ke masyarakat tempatnya melakukan KKN.

"Bagaimana mengatur keuangan, ke mana saja jika membutuhkan pendanaan dan apa yang dilakukan jika dana terbatas untuk membeli suatu barang, semuanya di jelaskan di sini, termasuk produk-produk keuangan," katanya.

Karena itu, setelah mendapatkan pengetahuan dan informasi tersebut, akan dilanjutkan dengan berbagi pengatahuan dengan warga desa pada saat KKN. Hal itu dimaksudkan, agar warga desa tidak terbelit hutang dengan mengandalkan bantuan dana dari pihak rentenir atau tengkulak.

Sebagai gambaran, jelas lelaki yang kuliah di Fakultas Ekonomi ini, untuk membeli barang kebutuhan rumah tangga seperti barang elektronik, furniture dan sebagainya dapat menggunakan jasa perusahaan pembiayaan.

Salah satu perusahaan jasa pembiayaan itu adalah HCI yang cukup dengan KTP dan mengisi formulir saja, sudah dapat membawa pulang barang yang dibutuhkan. Cicilannya pun ringan dengan bunga kredit yang ditawarkan 0 persen hingga tiga persen dan jangka waktu angsuran minimal sembilan bulan - 12 bulan.

Menelaah fenomena itu, wajarlah jika literasi keuangan diibaratkan "jembatan" menuju kesejahteran, karena literasi yang lebih luas akan membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, termasuk mengatur keuangannya, sehingga tidak terjerumus dalam urusan hutang yang mencekik.


Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024