Kupang (ANTARA Sulsel) - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Nusa Tenggara Timur (NTT) segera melakukan koordinasi lintas sektoral untuk memantau dan mengendalikan harga komoditas di pasar-pasar tradisional dalam Kota Kupang yang memicu inflasi jelang bulan Ramadhan 1437 Hijriah.

"Antisipasi terhadap kenaikan sejumlah komoditas pokok yang diperkirakan lebih banyak dibutuhkan konsumen jelang pelaksanaan puasa di antaranya gula pasir, daging ayam ras dan daging sapi, bawang merah dan cabai rawit dan pangan pokok lain yang berkaitan dengan salera konsumen," kata Wakil Ketua TPID NTT Naek Tigor Sinaga kepada wartawan di Kupang, Senin.    

Ia mengatakan, jenis komoditas utama seperti daging ayam  dan daging sapi serta gula dan bawang merah diperkirakan memberikan andil terbesar terjadinya inflasi sehingga perlu mendapat antisipasi lebih seperti penyediaan stok untuk penstabilan harga.

Dalam konteks pemberian andil terhadap inflasi pangan daging diperkirakan menyumbang antara 0,74 yaitu mengalami perubahan 128,16 persen dengan andil 0,15 persen.

Posisi kedua penyumbang inflasi adalah cabai rawit  mulai 144,23 persen, kemudian diikuti cabai merah 94,60 persen, bawang merah 52,28 persen, kentang 32,54 persen dan lainnya.

Kondisi ini (perubahan harga) katanya perlu diwaspadai oleh Dinas Perdagangan dan Badan Urusan Logistik (Bulog), agar harga-harga tidak terus melambung naik, sehingga semakin menambah inflasi pada bulan-bulan mendatang.

"Disperindag setempat harus terus menerus melakukan pemantauan terhadap harga-harga di pasaran dan melakukan analisis dan memberikan solusi kepada pengambil kebijakan di daerah termasuk berkoordinasi dengan Bulog di daerah setempat untuk melakukan operasi pasar terhadap komoditas tertentu yang dipandang perlu," katanya.

Sebelum langkah-langkah itu diambil (terutama oleh Bulog) tentunya perlu dilakukan rapat koordinasi sehingga disepakati bersama solusi yang akan dilakukan dalam mengatasi gejolak harga yang terjadi hampir merata di seluruh Indonesia dalam sebulan terakhir.  

Ia mengakui harga sejumlah bahan kebutuhan pokok di pasar-pasar tradisional dalam kota dan kabupaten di Nusa Tenggara Timur mulai mengalami kenaikan menjelang perayaan Idul Fitri 1437 Hijriah karena banyaknya permintaan konsumen di daerah itu.

"Naiknya harga sejumlah bahan kebutuhan pokok pada pasar-pasar tradisional dalam wilayah berbasiskan kepulauan itu terjadi akibat permintaaan barang tidak sebanding dengan pasokan barang yang ada," katanya.

Pantauan tim pasar dan harga Dinas Perindag NTT di sejumlah pasar dalam Kota Kupang menyebutkan harga gula putih dan harga daging sapi mulai mengalami kenaikan dari harga Rp12.000 per kilogram gula pasir menjadi Rp14.000 hingga Rp15.000.

Sementara harga kebutuhan pokok daging sapi di sejumlah tempat pemotongan hewan dan pasar eceran mulai naik dari harga Rp80.000 per kilogram menjadi Rp100.000 per kilogram dan masih berpeluang naik lagi.

"Naiknya kebutuhan tersebut sudah biasa terjadi di bulan Ramadhan, apalagi nanti jelang Hari Raya Idul Fitri harganya semakin meningkat. Dengan naiknya harga-harga tersebut otomatis mengurangi pembeli, tapi tidak begitu signifikan," katanya.

Harga gula misalnya di pasar tradisional Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur sejak akhir pekan ini naik mencapai Rp14.000 per kilogram (kg) dari harga sebelumnya Rp12.000 per kg.

Menurutnya, kenaikan harga gula terjadi sejak lama, namun ketika itu harga gula masih Rp10.000 per kg kemudian naik menjadi Rp12.000 per kg.

"Jika terjadi momentum seperti perayaan hari raya, pedagang menaikan harga gula, namun setelah itu harga gula bukan turun kembali ke harga semula," ujarnya.

Dari harga Rp12.000 per kg tersebut, menurut dia, harga gula turun ke angka Rp11.000 per kg, bukan turun ke harga Rp10.000 per kg seperti harga sebelumnya.

Pewarta : Hironimus Bifel
Editor :
Copyright © ANTARA 2024