Gowa, Sulsel (ANTARA Sulsel) - Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan YL berjanji akan mengajak unsur musyawarah pimpinan daerah (Muspida) untuk menonton film yang mengangkat tentang budaya pernikahan warga Sulawesi Selatan yakni "Uang Panai".

"Kita tentu mendukung karya-karya anak bangsa, apalagi ini adalah asli orisinil karya anak lokal. Saya pasti support itu," ujarnya saat didatangi sebagian kru dan pemain film Uang Panai di kantornya di Sungguminasa, Gowa, Selasa.

Adnan Purichta di dampingi Ketua DPRD Gowa, Ansar Zaenal Bate dan Komandan Kodim 1409/Gowa mengatakan, budaya masyarakat Sulawesi Selatan tentang mahar pernikahan atau dalam bahasa daerahnya yakni Uang Panai memang sudah dikenal luas hampir seluruh Indonesia.

Makanya, budaya pernikahan yang diangkat dalam film itu merupakan yang pertama dan akan tayang di seluruh bioskop di Indonesia. Tentunya, dirinya juga cukup penasaran dan ingin mengetahui pesan moral yang akan disampaikan dalam film tersebut.

"Saya saja masih penasaran seperti apa filmnya. Kalau budaya `uang panai` kan kita semua sudah tahu dan paham, tapi ini berbeda karena diangkat dalam bentuk film," katanya.

Karenanya, mantan anggota DPRD Sulsel itu berjanji akan mengajak unsur Muspida Gowa untuk bersama-sama menonton film layar lebar di seluruh bioskop Indonesia, sekaligus bentuk dukungannya atas perfilman tersebut.

Sementara itu, produser film Uang Panai Syahwal Mattuju yang membawa kru filmnya itu merasa senang karena dukungan film uang panai ini datang dari semua kalangan.

Ikut hadir dalam kunjungan itu, beberapa pemeran dalam film, seperti pemeran utama wanita, Nurfadillah, pemeran lainnya, Yuna Zyamzyunahar, Aulia Qalbi, Andi Nouva Patadjangi, music director, Muh Eka Prachandra, dari band, Chandra dan Suthe.

"Alhamdulillah semua kalangan sudah tidak sabar menantikan film ini mulai dari Bapak Wapres Jusuf Kalla, para bupati, Wali Kota Makassar dan para pengusaha asal Sulsel lainnya," katanya.

Syahwal Mattuju melanjutkan, film ini diproduksi selain mengangkat tradisi dan budaya Bugis Makassar juga untuk menunjukkan perspektif terkait tradisi uang panai ini.

"Pastinya kita ingin menyampaikan pesan-pesan moral dari beberapa sudut pandang tentang uang panai ini. Banyak cerita berkembang di luar sana tapi tidak mengetahui bagaimana uang panai itu," ungkapnya.

Film yang menembus perfilm nasional ini, kata dia, diharapkan bisa menghilangkan pengotak-kotakan film produksi anak daerah dengan film nasional.

"Harapan kami, jangan lagi ada pengkotak-kotakan bahwa ini film anak daerah dan ini film nasional, yang ada, adalah film Indonesia," ujarnya.

Pewarta : Muh Hasanuddin
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024