Mamuju (Antara Sulbar) - Plt Gubernur Sulawesi Barat, Carlo B Tewu berharap pengelolaan komoditi kelapa sawit mampu memberi manfaat yang besar bagi kepentingan daerah.

"Sulbar memiliki potensi lahan perkebunaan kelapa sawit yang kini dikelola beberapa perusahaan, baik yang ada di Mamuju Utara, Mamuju Tengah, Mamuju dan termasuk di daerah Kabupaten Polewali Mandar. Potensi itu harus dikelola dengan baik dan bisa memberikan manfaat bagi daerah," kata Plt gubernur Sulbar, Carlo B Tewu di Mamuju, Rabu.

Menurut dia, pengelolaan komoditi ekspor ini hendaknya ikut memperhatikan kondisi lingkungan. Paling tidak, keberadaan perusahaan ini ikut memperhatikan kearifan lokal.

"Perusahaan sawit harus memperhatikan kearifan lokal termasuk mempekerjakan masyarakat sekitar. Dengan begitu, respon masyarakat juga akan mampu menerima dengan baik atas hadirnya perusahaan ini," jelasnya.

Sebelumnya, Samirjen yang merupakan perwakilan PT Tanjung Sarana Lestari (TSL) yang juga anak perusahaan PT Atra Agro Lestari tbk mengatakan, kurang lebih 97 orang telah ia pekerjaan sejak perusahaan ini beroperasi.

Ia mengatakan, pengelolaan minyak sawit mentah menjadi olein, stearin dan PFAD ini untuk diekspor ke luar negeri seperti Cina, Korea, India, Pakistan, Filipina.

Tentunya kata dia, keberadaan perusahaan ini telah memberikan kontribusi nyata terhadap pendapatan negara.

Samirdjen menyebutkan, PT TSL berdiri diatas lahan seluas 16 hektar. Kapasitas produksinya mencapai 2.000 metrik ton crude palm oil (cpo) per hari, yang menghasilkan olein, stearin dan PFAD.

Selain minyak sawit mentah dari Sulawesi Barat, perusahaan ini juga mengolah minyak sawit mentah Grup Astra Agro dari Kalimantan Timur.

"Produk yang kami hasilkan berbeda dengan minyak goreng seperti Bimoli yang dijual di swalayan, salah satu perbedaan adalah dari kejernihannya," kata Samrisjen.

Untuk mendukung produksi dan pemasaran, PT TSL dilengkapi dengan Pelabuhan Tanjung Bakau Besar yang dapat disandari kapal dengan kapasitas 20.000 dwt (berat mati). Pelabuhan inilah yang menjadi pintu keluar masuk, baik pintu masuk tongkang-tongkang berisi minyak sawit mentah dari Kalimantan Timur maupun pintu keluar kapal-kapal yang akan memuat hasil produksi.

"Setiap bulannya kami membutuhkan bahan bakar setidaknya lebih 5000 ton batubara yang digunakan," ujarnya.

Pewarta : Aco Ahmad
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024