Kupang (Antara Sulsel) - Kepala Dinas Perdagangan Nusa Tenggara Timur Simon Tokan mengatakan dua daerah yaitu Kabupaten Belu dan Rote NDao menjadi penyangga ketersediaan komoditas bawang ketika terjadi kelangkaan dan kenaikan harga.

Artinya selain Temanggung, Simalungun, dan Mojokerto, dua daerah ini menjadi penyuplai komoditas itu ke pasar-pasar yang kesulitan memperoleh bawang antarpulau maupun bawang impor untuk menstabilkan harga, katanya di Kupang, Sabtu.

Ia mengatakan hal itu terkait daerah mana saja di NTT menjadi penghasil bawang putih dan merah ketika terjadi kelangkaan dan penaikan harga.

"Hasilnya tidak semaksimal seperti yang dicapai wilayah di luar NTT seperti Temanggung, Simalungun, dan Mojokerto, namun cukup sebagai penyedia tanggap darurat," katanya.

Paling tidak sebagai langkah untuk melakukan intervensi sebelum bawang impor masuk dan didistribusikan ke distributor.

Intervensi pasar ini bertujuan mengendalikan harga komoditas bawang putih yang naik setelah terjadi kelangkaan bawang selama dua pekan yang mengakibatkan harga naik.

Ia mengatakan harga bawang putih di pasar tradisional Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, hingga Kamis (8/6) turun sebesar Rp10.000 per kilogram (kg) dari harga Rp80.000 per kg menjadi Rp70.000 per kg.

Penurunan harga bawang putih terjadi setelah Bulog Devisi Regional (Divre) NTT menggelontorkan bawang putih ke pasar sejak dua hari terakhir.

"Bawang putih sudah masuk pasar, dan saat ini harganya turun dari Rp80 ribu per kg menjadi Rp70 ribu per kilogram," katanya.

Dia berharap pemerintah pabupaten lain d NTT terus berupaya mengembangkan budi daya bawang merah dan bawang putih.

Targetnya adalah budi daya bawang merah mencapai luasan lahan 10 hektare.

Pewarta : Hironimus Bifel
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024